Suara Sumbang PDIP untuk Ahok

Sejumlah kader PDIP menolak Ahok dicalonkan pada Pilkada DKI 2017. Di sisi lain, sang Ketua Umum Megawati sudah memberi isyarat kepada Ahok.

oleh Delvira HutabaratPutu Merta Surya Putra diperbarui 20 Agu 2016, 09:26 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2016, 09:26 WIB
Ahok PDIP
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri (keempat kiri) memberikan buku Megawati Dalam Catatan Wartawan kepada Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama saat peluncuran di Gedung Arsip, Jakarta, Rabu (23/3/2016). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang Pilkada DKI Jakarta 2017, konstelasi politik mulai memanas. Ahok yang dulu ngotot maju lewat jalur independen, kini berbalik arah. Dia berharap mendapat dukungan PDIP pada Pilkada DKI, setelah Partai Nasdem, Hanura dan Golkar.

Ahok mulai bergerilya menjemput bola. Pada Rabu 17 Agustus 2016, dia mendatangi kantor DPP PDIP, meminta izin kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, agar bisa duet bersama Djarot Saiful Hidayat.

"Kalau mengajak Pak Djarot kan saya mesti sowan ke pemiliknya Bu Megawati sebagai ketum. Makanya saya datang kepada mereka, sampailah pada mereka boleh enggak Djarot ikut saya, kalau boleh kita gabung 4 partai," ujar Ahok beberapa hari lalu.

Kendati Ahok dan Megawati sudah ada chemistry, namun di PDIP memiliki mekanisme sendiri untuk mengusung cagub-cawagub pada Pilkada DKI Jakarta.

"Mereka bilang kami ada mekanisme, tapi secara pribadi Bu Mega katakan kami sama cocok," ujar Ahok.

Sementara, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat membenarkan kedatangan Ahok ke kantor DPP PDIP, Menteng pada 17 Agustus 2016.

Pada pertemuan dengan Megawati, Djarot mengakui ada sinyal kuat dukungan dari Mega untuk duetnya bersama Ahok pada Pilkada DKI 2017.

"Betul bahwa kemarin Pak Ahok itu datang ke DPP partai di Diponegoro dan kita terima dengan baik. Memang indikasinya ke sana (Ahok dan Djarot) tapi kita lihat juga untuk menunggu mekanisme partai," ujar Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis 18 Agustus 2016.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pun mengakui adanya hubungan personal antara Ahok dengan Megawati sejak lama.

"Ketika kami sering berdiskusi dengan Ibu Megawati Soekarnoputri, sejak dulu saya katakan Bu Megawati sebagai pribadi yang sayang sama Ahok," ujar Hasto saat meninjau pelaksanaan Jambore Nasional 2016 di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Pramuka (Buperta) Cibubur, Jakarta Timur, Jumat 19 Agustus lalu.

Kendati, bukan berarti Megawati serta merta mendukung niat Ahok maju dalam momen perebutan kursi DKI 1. Hasto mengatakan, Megawati akan tetap menghargai proses kelembagaan partai dalam mempersiapkan calon kepala daerah.

Sementara, nada dukungan datang dari politikus PDIP Maruarar Sirait. Dia yakin ‎Megawati akan memilih Ahok pada Pilkada DKI 2017.

Maruarar menilai, formasi lama Ahok-Djarot sangat cocok dan saling mengisi pada Pilkada DKI. Terlebih, Ahok sudah banyak melakukan perubahan dan pembangunan untuk Ibu Kota.

"Saya yakin konstituen PDIP di Jakarta maupun konstituen PDIP di Indonesia mendukung Ahok," kata Maruarar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin 15 Agustus lalu.

Menurut Maruarar, keyakinan Megawati memilih Ahok, berkaca pada Pilkada DKI 2012, saat itu PDIP ‎berkoalisi dengan Gerindra mengusung Jokowi-Ahok. Apalagi selama ini komunikasi Ahok dengan Megawati juga sangat baik.

Suara Penolakan

Di tengah gerilya, suara dukungan PDIP untuk Ahok terbelah, khususnya di kalangan bawah. Baru-baru ini beredar tayangan video penolakan Ahok, yang diduga berasal dari kader banteng DKI.

Pada video berdurasi 31 detik yang beredar di media sosial itu berjudul "Ahok Pasti Tumbang". Lagu yang dilantunkan dengan nada Bangun Pemuda Pemudi itu, mengisyaratkan penolakan mereka terhadap Gubernur DKI Jakarta itu.

Para kader PDIP itu terlihat bernyanyi di sebuah ruangan dengan podium berlatar spanduk bergambar Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno.

Kaos menolak Ahok di DPP PDIP, Jakarta  (Liputan6.com/Taufiqurrohman)

Tidak jelas siapa saja kader PDIP yang berada dalam ruangan tersebut, karena kualitas video yang kurang baik.

Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP DKI Gembong Warsono mengatakan, soal video 'Ahok pasti tumbang' yang dinyanyikan puluhan kader PDIP, hanyalah ekspresi perbedaan pendapat di internal partai.

"Kita memaknainya ini hanya perbedaan, ini hanya dinamika," ucap Gembong kepada Liputan6.com, Jumat 19 Agustus 2016.

Kendati, Germbong menegaskan, sikap menolak Ahok itu bisa berubah, jika partainya sudah memutuskan Djarot Saiful Hidayat kembali berpasangan dengan Ahok dalam Pilkada DKI 2017.

"Partai ini kan belum memutuskan. Kalau sudah putusan partai, semua akan tunduk. Ini doktrin PDIP. Siapapun yang sudah akan diputuskan, semuanya akan ikut," tegas dia.

Gembong juga membantah mendapat teguran dari Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto atau Megawati terkait beredarnya video itu.

Nada penolakan juga terdengar dari Ketua DPP PDI Perjuangan He‎ndrawan Supratikno. Dia menepis isu yang menyebutkan, partainya telah resmi mengusung pasangan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI 2017.

Hendrawan memastikan, hingga hari ini, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum membahas dan memutuskan hal tersebut.

"Kami sebagai Ketua DPP akan diberi tahu oleh ketum kalau sudah pasti, nah kalau sudah pasti para Ketua DPP akan dikumpulkan oleh ketum dan tentunya sekjen juga. Ini belum ada," ujar Hendrawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 16 Agustus lalu.

Hendrawan juga menepis isu yang menyebutkan PDIP akan mendeklarasikan Ahok-Djarot, sebagai pasangan yang akan diusung partai banteng moncong putih tersebut.

Hendrawan heran dengan pihak di luar PDIP kerap melontarkan isu partainya telah resmi mengusung Ahok dan akan segera mendeklarasikan. Padahal, partainya belum mengumumkan apapun terkait siapa yang akan diusung di Jakarta.

Tak hanya itu, politikus PDIP Eva Kusuma Sundari mengungkap nada penolakan kepada Ahok. Dia mengatakan, Ahok kerap menyakiti hati partainya melalui pernyataan yang dia lontarkan ke media.

Karena itu, Eva yakin Megawati tidak akan mendukung mantan Bupati Belitung Tumur itu. "Ibu Mega tentu mementingkan dan menjaga perahunya, secara personal mungkin Bu Mega cinta Ahok, tetapi enggak mungkin dia mengabaikan partainya," ujar Eva kepada Liputan6.com di Pilkada DKI Jakarta, Senin 8 Agustus 2016.

Menurut Eva, Ahok sudah terlalu banyak menyakiti hati PDIP. Terakhir, menjelang Pilkada DKI Jakarta Ahok mengatakan tak membutuhkan PDIP karena sudah didukung tiga partai politik, yakni Nasdem, Golkar, dan Hanura.

"Banyak luka yang diciptakan oleh pernyataan beliau, sementara kita sangat memihak beliau," ujar dia.

Eva juga menyebutkan, Ahok pernah melontarkan pernyataan yang sangat menyakitkan bagi para kader partai berlambang banteng moncong putih itu.

"Paling marah itu orang-orang PDIP, Ahok bilang 'Saya berurusan dengan Ibu Mega, saya enggak peduli dengan PDIP'," kata Eva menirukan kata Ahok ketika itu.

Sehingga, lanjut dia, sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati pasti marah jika anak buahnya diperlakukan seperti itu. Atas pertimbangan itulah, Eva menduga PDIP tidak akan mendukung Ahok pada Pilkada DKI 2017.

"Ini mekanisme organisasi sudah selesai, semua diserahkan ke Bu Mega. Kalau dia enggak masuk (daftar cagub PDIP) ya enggak ada dia," pungkas Eva.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya