Kisah Awal Ketertarikan Satu Sama Lain Antara Ahok dan Djarot

Untuk dapat bekerja sama dengan baik, pasangan calon (paslon) cagub dan cawagub haruslah memiliki keterikatan yang baik satu sama lain

oleh Liputan6 diperbarui 04 Apr 2017, 16:27 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2017, 16:27 WIB
Ahok dan Djarot
Kisah Awal Ketertarikan Satu Sama Lain Antara Ahok dan Djarot

Liputan6.com, Jakarta Memilih pasangan untuk maju ke Pigub DKI Jakarta, tidaklah sembarangan. Untuk dapat bekerja sama dengan baik, pasangan calon (paslon) cagub dan cawagub haruslah memiliki keterikatan yang baik satu sama lain. Hal tersebut diakui oleh paslon cagub cawagub DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.

Dalam sebuah acara Rosi dan Kandidat Pemimpin Jakarta, Rosiana Silalahi, sempat bertanya mengenai alasan calon gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memilih Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan cawagubnya dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Menjawab pertanyaan tersebut, Ahok mengatakan ketertarikan dirinya terhadap sosok Djarot, berawal dari perjalanan mereka dalam sebuah rombongan ke Tiongkok pada 2006.

“Habis makan malam, kami pulang ke hotel, enggak kelayapan. Begitu pulang belanja juga, kalau (anggota rombongan) yang lain bisa berapa puluh (ribu) US dollar. Ini enggak ada duitnya juga sama kaya saya, belinya yang murah-murah,” kata Ahok dalam acara yang diadakan di Djakarta Theater, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.

Acara itu sendiri awalnya merupakan acara debat antara pasangan calon cagub cawagub DKI Jakarta 2017. Namun pasangan calon nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, tidak hadir ketika acara dimulai.

Kejadian di Tiongkok itu membuat Ahok “jatuh cinta” kepada Djarot. Ahok yakin Djarot merupakan orang yang jujur. Akhirnya, Ahok mengajak Djarot berbicara.

“Ini orang jujur, bukan orang yang hidupnya mau cari duit, tapi mau urusin orang,” ujar Ahok.

Setelah itu, giliran Djarot yang bmenceritakan alasan dirinya tertarik dengan ajakan Ahok. Djarot mengatakan awalnya dia tertarik karena Ahok berhasil menang pada Pilkada di Belitung Timur, padahal seperti diketahui, mayoritas penduduk di Belitung Timur beragama Islam.

“Lalu setelah dia jadi, seluruh anggota DPRD ditantang sama dia ketika menolak kebijakan. Aku bilang ‘gila juga ini orang, gila positif. Berani benar orang ini,” ujar Djarot.

Setelah sudah menjadi wakil gubernur mendampingi Ahok untuk membenahi Jakarta, Djarot mengaku dirinya semakin bisa melihat karakter positif yang ada pada diri Ahok. Djarot mengatakan, Ahok memiliki hati yang bersih.

“Hatinya itu bersih. Hatinya itu baik dan peduli kepada rakyat kecil. Jangan dilihat dari suaranya, suara bisa kencang, tapi hatinya ada empati. Dia enggak tega kalau ada orang menderita,” ujar Djarot.

Meski Ahok dikenal kerap berbicara dengan nada tinggi, Djarot mengaku bahwa dirinya memaklumi hal tersebut. Bagi Djarot, pengalam hiduplah yang selama ini membentuk diri Ahok seperti itu.

“Ahok kaya gitu karena dia Sumatera dan orang pantai, makanya suaranya keras. Karena di sana banyak ombak. Kalau orang gunung kan lebih lembut. Saya berharap warga Jakarta memaklumi bila Ahok kerap berbicara ceplas-ceplos dan cenderung kasar,” ujarnya.

Djarot juga menceritakan saat Ahok memberi perhatian khusus kepada anak disabilitas dalam sebuah acara, padahal itu merupakan acara formal. Kejadian itu membuat Djarot yakin bahwa Ahok memiliki hati yang bersih.

(*)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    POPULER

    Berita Terkini Selengkapnya