Liputan6.com, Jakarta - Kelompok anticalon gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan menggelar Tamasya Al Maidah pada hari pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta, 19 April 2017. Tamasya ini merupakan gerakan untuk mengawal jalannya pilkada di Ibu Kota.
Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi II DPR Budiman Sudjatmiko menilai, aksi itu merupakan bentuk intimidasi, khususnya terhadap pasangan cagub dan cawagub Ahok-Djarot Saiful Hidayat.
"Ini sebuah bentuk intimidasi, karena kita tahu isu ini sudah berbulan-bulan dipakai untuk memojokan salah satu cagub yaitu Ahok," kata Budiman saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Senin (17/4/2017).
Advertisement
Oleh karena itu, politikus PDI Perjuangan ini menyatakan, Polri harus mencegah gerakan atau aksi tersebut. Ia menambahkan, untuk proses pelaksanaan pilkada, sudah ada penyelenggara pemilu yakni KPU dan Bawaslu yang menggaet elemen masyarakat, termasuk saksi dari peserta pemilu itu sendiri.
Dia melanjutkan, untuk pelanggaran pemilu sudah dibentuk Sentra Penegak Hukum Terpadu (Gakkumdu), yang di dalamnya terdapat Bawaslu, Polri, dan Kejaksaan.
"Oh itu harus (Polri mencegah), karena itu tugas konstitusional mereka," tandas Budiman.
Tamasya Al Maidah merupakan aksi yang digelar oleh pendukung cagub dan cawagub nomor urut 3 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Disebutkan Tamasya ini tidak hanya diikuti warga DKI tapi juga warga luar Jakarta.
Sementara untuk mengawal pelaksanaan pemungutan suara agar terhindar dari kecurangan dan intimidasi, kubu Ahok-Djarot membentuk satgas anti-intimidasi.