Dugaan Mahar Politik di Balik Tudingan Prabowo Jenderal Kardus

Politisi Demokrat Andi Arief mengaku geram dengan sikap transksional Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terhadap mitra koalisinya.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 09 Agu 2018, 07:20 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2018, 07:20 WIB
SBY Resmi Usung Prabowo sebagai Calon Presiden 2019
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY (kanan) usai bertemu di Jakarta, Senin (30/7). Demokrat mengusung Prabowo sebagai capres 2019. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Politikus Partai Demokrat Andi Arief menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Jenderal Kardus. Adanya mahar politik Rp 500 miliar menjadi alasan geramnya Partai Demokrat terhadap Prabowo.

Andi meyakini Prabowo telah melakukan politik transaksional sebesar Rp 500 miliar agar wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menjadi calon wakil presidennya. "Saya Andi Arief tidak pernah membuat isu dalam karir politik saya," kata dia saat menjawab keabsahan kabar mahar tersebut di Rumah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Jalan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/8/2018).

Karena ini, Andi menegaskan sebutan Jenderal Kardus pantas melekat pada Prabowo lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.

"Pertama Demokrat itu dalam posisi diajak oleh Jenderal Prabowo untuk berkoalisi. Diajak ya, kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya," tegas Andi.

"Tapi hari ini kami mendengar justru sebaliknya. Ada politik transaksional yang sangat mengejutkan. Itu membuat saya menyebutnya jadi jendral kardus, jendral yang gak mau mikir," tegas dia lagi.

Andi Arief secara gamblang menuding Prabowo menerima lobi-lobi politik, di luar sepengetahuan Partai Demokrat. Karenanya, secara pribadi Andi merasa partainya telah diselingkuhi oleh sang jenderal.

"Kami memberi sarat kepada Pak Prabowo agar dihitung matang untuk mencapai kemenangan. Kami tidak pernah bertemu dengan partai manapun, kecuali PAN dan PKS. Kita tidak pernah berselingkuh," jelas dia.

Kendati demikian, Andi masih menyambut baik itikad Prabowo yang mau menyambangi Ketum Demokrat SBY. Hal itu disebut Andi masih dalam koridor dukungan penuh partainya menjadikan Prabowo calon presiden.

"Kami sebetulnya ingin mendorong Pak Prabowo utuk menjadi presiden. Orang yang didorong itu harus punya komitmen yang kuat. Jadi saat ini kami masih bersama Pak Prabowo. Saya kira itu saja," pungkas Andi Arief.

 

Bantahan Gerindra

SBY Resmi Usung Prabowo sebagai Calon Presiden 2019
Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) bersama Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY (kanan) memberi keterangan usai bertemu di Jakarta, Senin (30/7). Demokrat mengusung Prabowo sebagai capres 2019. (Liputan6.com/JohanTallo)

Terkait hal ini, Partai Gerindra langsung merespons. Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik mengatakan, itu hanya pendapat pribadi Arief. Dia juga membantah koalisi Gerindra dan Demokrat kandas.

"Itu kan pendapat Andi Arief kan, pendapat sendiri Enggaklah, kan yang menentukan bukan Andi Arief," katanya di Kediaman Prabowo, Jl Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam (8/8/2018).

Sementara Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, tidak ada perang antara Prabowo dan Demokrat. Malah Prabowo akan menemui Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediaman SBY, Jl Mega Kuningan VII, Jakarta Selatan, Kamis pagi.

"Enggak ada perang, enggak ada yang perlu diperdamaikan, biasa, jadi rencananya besok, Insyaallah Pak Prabowo akan berjumpa dengan Pak SBY di kediaman beliau. Jam sedang ditunggu, Insyaallah besok pagi," kata Muzani di Kediaman Prabowo, Jl Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/8/2018) malam.

Menurut Muzani, pertemuan dengan SBY guna membahas kelanjutan dari koalisi yang telah dirintis belakangan ini.

Di pihak lain, PAN juga membantah menerima duit Rp 500 miliar dari Sandiaga Uno.

"Hahaha.. tadi mana ya Rp 500 miliar, saya belum pernah dengar komitmen itu, ada pembicaraan itu," kata Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya