Ma'ruf Amin: Jokowi Cinta Ulama, Terbukti Wakilnya Ulama

Ma'ruf Amin merasa bahagia mendapatkan dukungan dan doa dari para santri saat berkunjung ke Pondok Pesantren Mambaul Falah, Cihampelas, Cipatik, Kabupaten Bandung Barat.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 20 Jan 2019, 20:23 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2019, 20:23 WIB
Ma'ruf Amin mendengarkan Deklarasi Gerakan Nasional Indonesia Anti Hoaks, yang digagas oleh Master C19 Portal KMA, Forum Santri Nasional, Santri Millenial Centre (SIMAC).
Ma'ruf Amin mendengarkan Deklarasi Gerakan Nasional Indonesia Anti Hoaks, yang digagas oleh Master C19 Portal KMA, Forum Santri Nasional, Santri Millenial Centre (SIMAC). (Liputan6.com/Putu Merta)

Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden Ma'ruf Amin merasa bahagia mendapatkan dukungan dan doa dari para santri saat berkunjung ke Pondok Pesantren Mambaul Falah, Cihampelas, Cipatik, Kabupaten Bandung Barat. 

"Saya bahagia dapat doa dan dukungan karena memang saya sekarang menjadi cawapres," ucap Ma'ruf di lokasi, Minggu (20/1/2018). 

Mantan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu mengatakan, dia menjadi cawapres karena diajak Jokowi, dan dorongan dari para ulama.

Ma'ruf juga menyoroti ada yang menyebut agar tidak memilih calon yang didukung pemerintah. Melainkan calon yang didukung ulama.

"Saya bilang, kalau dukungan ulama itu sudah dari dulu. Semua presiden dari dulu didukung ulama. Tapi, kalau sekarang Pak Jokowi ini selain mendapatkan dukungan para ulama, juga menggandeng ulama," ungkapnya.

Dia menilai ini merupakan bentuk kecintaan Jokowi kepada ulama. Hal ini juga menepis tudingan yang dialamatkan kepada Jokowi bahwa sang petahana tersebut anti-ulama.

"Pak Pak Jokowi mencintai ulama. Buktinya dia menggandeng ulama. Katanya, Pak Jokowi anti-ulama, tapi ini wakilnya ulama. Jadi tidak benar," jelas Ma'ruf Amin.

Awal Kepemimpinan Ulama

Dia berharap ini merupakan awal para ulama memimpin negara. "Sekarang saya mewakili ulama jadi cawapres, besok saya harapkan ulama yang menjadi presiden di Indonesia," jelasnya.

Menurut dia, Jokowi juga banyak berperan untuk Islam. Misalnya, Jokowi menetapkan Hari Santri Nasional 22 Oktober. Peringatan Hari Santri Nasional itu baru ada setelah kurang lebih 70 tahun Indonesia merdeka.

"Baru 70 tahun atau 2015 lalu, 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional oleh Pak Jokowi," ujarnya.

Kiai Ma'ruf merasa aneh jika ada yang bilang Jokowi anti-Islam dan anti-ulama, maupun anti-santri. "Beliau mencintai kiai, mencintai ulama, mencintai santri. Bahkan beliau yang pertama adakan zikir nasional di Istana," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya