Pegiat: Rencana Achmad Purnomo Mundur di Pilkada Solo Bukan Manuver Politik

Menurut Pegiat Purnomo Centre Farid Sunarto, keputusan mundur atau tidaknya Achmad Purnomo dari status calon wali Kota di Pilkada Solo berada di tangan DPP PDIP.

diperbarui 27 Mei 2020, 15:19 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2020, 15:19 WIB
Purnomo Mundur Bakal Calon Wali kota Solo
Achmad Purnomo yang juga Wakil Wali Kota Solo memutuskan mundur dari bakal calon Wali Kota Solo yang diusung DPC PDIP Solo.(Li[putan6.com/Fajar Abrori)

Jakarta - Rencana Achmad Purnomo untuk mundur sebagai calon wali kota atau cawali pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) Solo 2020 mencuri perhatian sejumlah pihak.

Menurut Pegiat Purnomo Centre Farid Sunarto, keputusan mundur atau tidaknya Achmad Purnomo dari status calon wali Kota Solo berada di tangan DPP PDIP.

"Pak Pur mundur dalam arti surat pengunduran diri. Diterima DPP atau tidak itu persoalan lain. Kalau tak diterima barangkali penugasan sehingga dilanjutkan," ujar Farid, Selasa, 26 Mei 2020.

Dia menilai ada kemungkinan surat pengunduran diri Achmad Purnomo sebagai cawali di Pilkada Solo bakal ditolak DPP PDIP. Bila itu terjadi, bisa jadi Purnomo tetap melanjutkan prosesnya sebagai calon wali kota dari PDIP.

"Pernyataan akan mundur Achmad Purnomo murni karena pertimbangan kemanusiaan, bukan manuver politik. Sejak pernyataan itu dibuat, Purnomo tak memperkuat basis pemilih," tegas Farid.

Seperti diberitakan, Purnomo mengatakan akan mundur dari cawali apabila Pilkada Solo 2020 digelar Desember 2020. Hal itu karena dia melihat dampak pandemi Covid-19 kemungkinan berlangsung sampai setahun.

Sementara itu, kompetitor Purnomo, Gibran Rakabuming dinilai sangat bergantung dengan sosok ayahandanya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam perjuangannya sebagai cawali.

Kian baik persepsi publik terhadap Jokowi, kian baik persepsi publik terhadap Gibran untuk mewujudkan keinginannya bertarung sebagai cawali di Pilkada Solo.

Pandangan Publik

Sebaliknya, jika semakin buruk pandangan publik terhadap kebijakan Jokowi, kian buruk pula penerimaan masyarakat terhadap Gibran. Pendapat itu disampaikan pengamat politik dari UNS Solo, Agus Riewanto, melalui sambungan telepon.

"Orang melihat Gibran masih melihat sosok Jokowi. Belum bisa lepas dari bayang-bayang sang ayah," ujar dia, Selasa, 26 Mei 2020. 

Apalagi menurut Agus kecenderungan masyarakat Solo masih mudah dipengaruhi ketokohan seseorang.

Menurut Agus, Gibran dimunculkan begitu saja sebagai cawali di Pilkada Solo, dipoles sedemikian rupa agar seolah-olah nanti akan menjadi kepala daerah seperti ayahnya.

"Dipoles agar menimbulkan harapan bahwa nanti akan sukses sebagai wali kota," kata dia.

Sayangnya, beberapa waktu terakhir persepsi publik terhadap sosok Jokowi dinilai Agus sedang mengalami penurunan. Penyebabnya beraneka ragam. Tapi yang paling mendasar situasi dan kondisi pandemi Covid-19.

 

 

Simak berita Solopos.com lainnya di sini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya