Liputan6.com, Jakarta - Utang luar negeri (ULN) Indonesia turut dibahas dalam debat calon presiden (Capres) 2024 pada Minggu, 7 Januari 2024. Capres nomor urut dua Prabowo Subianto mengatakan, rasio utang luar negeri (ULN) Indonesa terhadap produk domestik bruto (PDB) termasuk terendah di dunia.
"Indonesia sekarang utang luar negeri sebagai pembanding terhadap PDB, salah satu terendah di dunia. Jadi masih sekitar 40 persen, negara lain jauh di atas," ujar Prabowo saat debat capres, Minggu, 7 Januari 2024.
Baca Juga
Menanggapi hal itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan soal utang harus berpatok pada payung hukum. Dia menjelaskan, sesuai payung undang-undang, maksimal masih boleh mencapai 60 persen.
Advertisement
"Undang-undang kan memperbolehkan sampai maksimal 60 persen dan kita juga harus melihat bahwa utang kita dibanding dengan PDB itu masih pada kondisi baik dan aman lah, masih di bawah 40 persen kan?," jelas Jokowi kepada awak media, Senin (8/1/2024).
Jokowi mencatat, utang Indonesia belum sebanding dengan sejumlah negara besar yang angkanya sudah mencapai 220 persen, bahkan ada yang sudah mencapai 260 persen. Maka dari itu, lanjut presiden, hal terpenting dalam berutang adalah bagaimana utang dapat digunakan untuk kebutuhan yang produktif.
"Saya kira yang paling penting utang itu harus dipakai untuk kepentingan kepentingan yang produktif yang bisa memberikan return kepada negara sehingga negara bisa membayarnya," jelas Jokowi.
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merilis data mengenai outstanding utang Indonesia. Tercatat total utang Indonesia hingga November 2023 mencapai Rp8.041 triliun.
Berdasarkan indikator rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) kini 38,11 persen. Rasio tersebut menandai penurunan dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar 39,7 persen, dan posisi Desember 2021 sebesar 40,7 persen.
Capres Saling Serang Personal, Jokowi Minta KPU Format Debat Diperbaiki
Selain soal utang luar negeri, Jokowi juga menilai jalannya debat semalam lebih terlihat seperti adu serang personal dengan minimnya substansi dari visi masing-masing kandidat.
"Memang saya melihat substansi dari visinya malah tidak keliatan yang keliatan justru saling menyerang yang sebetulnya tidak apa-apa asal kebijakan. Asal policy, asal visi tidak apa-apa," kata Jokowi kepada awak media, Senin (8/1/2024).
Jokowi mencatat, debat capres semalam sudah menyerang personal dan pribadi yang tidak ada hubungan dengan konteks tema debat yakni pertahanan, keamanan, geo politik, hubungan internasional, globalisasi, dan politik luar negeri.
"Jadi saya kira kurang memberikan pendidikan, kurang mengedukasi masyarakat yang menonton,” jelas Jokowi.
Jokowi berharap, agar tidak terjadi situasi yang sama seperti debat semalam, maka disarankan penyelenggara debat yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar mengevaluasi formatnya.
"Debatnya memang perlu diformat lebih baik lagi, ada rambu sehingga hidup, saling menyerang tidak apa-apa tapi kebijakan, policy, visinya yang diserang bukan untuk saling menjatuhkan dengan motif personal," minta presiden.
"Saya kira tidak baik (saling menyerang) dan tidak mengedukasi," Jokowi menandaskan.
Kata Pengamat Soal Debat Capres
Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam memberikan nilai terhadap ketiga pasangan calon presiden (capres) dalam debat ketiga Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 yang digelar di Istora Senayan, Minggu, 7 Januari 2024 kemarin.
Menurut Umam, capres yang tampil cerdas dalam debat semalam yakni Ganjar Pranowo. Sementara, Anies Baswedan dinilai berisi dan cenderung lebih menyerang. Sedangkan Prabowo Subianto dianggap bertahan.
"Dalam debat ketiga ini, Ganjar cerdas. Anies bernas (berisi) dan ofensif (menyerang). Prabowo defensif (bertahan), namun kurang elaboratif," ujar Umam dalam keterangannya, Senin (8/1/2024).
Advertisement
Ganjar dan Anies Kompak Serang Prabowo
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina itu mengatakan Ganjar juga terlihat kompak dengan calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan dalam menyerang Prabowo pada debat semalam. Menurutnya, serangan bertubi-tubi ini dilakukan Ganjar dan Anies untuk mengejar elektabilitas Prabowo.
"Dalam debat, serangan kepada lawan tentu sangat penting untuk menciptakan poin politik guna mendelegitimasi kredibilitas lawan. Namun di saat yang sama, jika serangan itu disampaikan berlebihan, hal itu bisa berpeluang memunculkan rasa simpati publik terhadap pihak yang mendapatkan hantaman bertubi-tubi," kata Umam.