Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) generatif terus mengalami kemajuan. Berbagai bidang pekerjaan mulai memanfaatkan teknologi ini.
Namun di balik keuntungan menggunakan AI generatif, konten palsu atau hoaks yang memanfaatkan teknologi tersebut juga kerap ditemukan, apalagi saat momen Pemilu.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Survei Safer Internet Lab: Hoaks Politik dan Pemilu Paling Banyak Rugikan Masyarakat
Kumpulan Foto Hoaks Sepekan: Kondisi Banjir di Makkah pada 2025 hingga Gedung Facebook di Los Angeles Terbakar
Video Hoaks Sepekan: Pesawat Jatuh Usai Padamkan Kebakaran Los Angeles hingga Momen Perpisahan STY dengan Timnas Indonesia
Safer Internet Lab bersama Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Google menggelar survei dan menemukan persepsi bahwa AI generatif malah meningkatkan produksi dan penyebaran mis/disinformasi selama Pemilu 2024.
"Mayoritas responden setuju (81,72 persen) bahwa generative-AI meningkatkan produksi dan penyebaran mis/disinformasi selama Pemilu 2024," kata Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Beltsazar Krisetya dikutip dari kanal YouTube Safer Internet Lab, Sabtu (18/1/2025).
Sebanyak 49,5 persen responden juga menilai bahwa video deepfakes merupakan ancaman terbesar bagi integritas Pemilu 2024. Selain deepfakes, 27,7 persen responden menilai bahwa gambar yang dimanupulasi oleh AI generatif juga menjadi ancaman bagi integritas Pemilu.
"Bentuk mis/disinformasi berbasis gen-AI yang dianggap sebagai ancaman terbesar bagi integritas pemilu adalah video deepfakes (49,49 persen) dan gambar manipulasi gen-AI (27,66 persen)," ucap Beltsazar.
Untuk menanggulangi mis/disinformasi selama Pemilu, ada sejumlah langkah yang dianggap efektif menurut para responden. Misalnya 84,66 persen responden menilai, verifikasi atau pemeriksaan fakta merupakan cara paling efektif untuk menanggulangi hoaks selama Pemilu 2024. Cara lainnya untuk menanggulangi dis/misinformasi yaitu pemberdayaan komunitas (79,9 persen) dan edukasi serta peningkatan kesadaran (75,66 persen).
"Sebaliknya, regulasi dan penegakan hukum serta transparansi politik yang relatif dianggap tidak berjalan efektif menanggulangi mis/disinformasi pada Pemilu 2024," ungkap Beltsazar.
Survei yang dilakukan oleh Safer Internet Lab, CSIS, dan Google ini digelar pada 15 November 2024 hingga 30 Desember 2024 dengan melibatkan 189 responden yang terdiri dari berbagai pihak. Mulai dari pemerintahan (kementerian, lembaga, penegak hukum, dan lembaga penyelenggara pemilu, platform teknologi, organisasi masyarakat sipil, akademisi, jurnalis, dan media massa.
Survei dilakukan dengan menggunakan metode wawancara tatap muka langsung. Sisanya dilakukan secara daring (Zoom), khususnya untuk responden yang berada di luar Jakarta atau luar negeri.
Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.
Caranya mudah:
* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse
* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”
* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”
* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement