Liputan6.com, Jakarta - Charta Politika Indonesia memprediksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tak lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold) karena kasus korupsi Romahurmuziy. Pada survei terbaru Charta, partai berlambang kabah itu diprediksi hanya mendapat suara sebesar 2,4 persen.
Sementara, parpol harus meraih ambang batas parlemen (parliementary threshold) sebesar 4 persen untuk lolos ke Senayan.
Ketua DPP PPP Lena Maryana Mukti menampik jika kasus Romy mempengaruhi elektabilitas PPP.
Advertisement
"PPP organisasinya adalah organisasi kader yang tidak tergantung pada satu ketua umum dan bekerja berjalan dengan baik dan PPP adalah partai yang cukup berpengalaman," kata Lena ketika dihubungi, Jumat (5/4/2019).
Menurut dia, survei Charta Politika tak terlalu akurat. Sebab survei tersebut hanya memotret segelintir orang dan mengambil persepsi masyarakat saat ini. Kemudian, survei itu hanya mengambil beberapa sampel dan tidak menyeluruh.
"Itu tidak dipotret secara menyeluruh begitu ini hanya sampel-sampel saja dan mungkin sampel ini bukan di kalangan pemilih PPP kan begitu," ucap Lena.
Meski begitu, Lena mengakui, kasus OTT Romi tetap memiliki dampak. Tetapi berdasarkan hasil kunjungannya ke basis pemilih PPP, pilihan para pemilih tradisional PPP tak berubah.
"Bukan sama sekali enggak ada, (pengaruh OTT Romi pada elektabilitas) ada pertanyaan-pertanyaan tetapi Kami jelaskan tapi sejauh ini enggak ada saya turun ke bawah bertemu dengan para pemilih yang pemilih loyalnya Ka'bah tetap memilih Ka'bah kok," jelasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Survei Charta Politika
Sebelumnya, Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis hasil survei Pemilihan Legislatif 2019. Hasilnya, elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP), Partai Gerindra, dan Partai Golkar masih teratas dan menjadi pilihan masyarakat Indonesia.
PDIP masih menjadi pilihan tertinggi dengan 25,3 persen. Disusul, Partai Gerindra 16,2 persen dan Partai Golkar 11,3 persen. Tetapi masih ada partai yang berada di bawah 5 persen. Di antaranya PAN 3,3 persen; PPP 2,4 persen; PSI 2,2 persen; Partai Perindo 2,0 persen; dan Hanura 1,0 persen.
Pada pemaparannya, Direktur Riset Charta Politica, Muslimin, menyebut tren elektabilitas kebanyakan partai meningkat dan stagnan. Namun, hal itu berbeda terhadap PPP. Elektabilitas partai berlambang kakbah itu menurun.
"Kalau dilihat dari sisi tren, sebagian besar partai memiliki tren naik seiring dengan semakin dekatnya pemilu legislatif. Sementara beberapa partai terlihat stagnan. PPP menjadi partai yang memiliki tren menurun," kata Muslimin di Es Teller 77, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (4/4).
Â
Reporter:Â Muhammad Genantan Saputra
Sumber: Merdeka
Advertisement