Liputan6.com, Jakarta - Rumah tradisional etnis Bali mempunyai ragam keistimewaan dari sisi pembangunannya. Bila orang Tionghoa dalam membangun rumah harus memperhatikan aspek Ying dan Yang, berbeda dengan budaya Bali yang mengedepankan unsur Kosala Kosali untuk mencapai sebuah kesempurnaan dalam desain sebuah rumah.
Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. Penataan bangunan biasanya menggunakan anatomi tubuh manusia.
Baca Juga
Pengukuran pun didasarkan pada ukuran tubuh, tidak menggunakan meter. Kendati begitu, cara ini tak berlaku pada rumah bergaya Bali modern.
Advertisement
Berangkat dari tradisi dan budaya Bali, konsep rumah harus melibatkan banyak elemen seperti gaya hidup orang Bali, organisasi atau pembagian ruang, hubungan komunal penghuni dengan sekitarnya dan faktor filosofi serta spiritualitasnya.
Kepada Rumah.com, Arsitek Arades Living, Astrid Hapsari Raharjo, memaparkan catatan yang perlu dicermati saat mendesain rumah bergaya Bali. Salah satunya pada rumah yang sangat autentik, maka aspek filosofi dan spiritualitas tersebut tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Akan tetapi jika gaya Bali tersebut akan diaplikasikan pada rumah yang lahan terbatas, maka hal ini bisa disiasati dengan menggunakan elemen yang banyak ditemui di Bali seperti material bangunan.
Material ini meliputi batu alam seperti batu candi hitam dan batu bata, elemen dekoratif seperti ukiran gaya Bali atau material pewarnaan natural yang diambil dari alam (biasa digunakan pada ukiran Bali yang masih autentik), hingga elemen lansekap seperti ditulis Sabtu (12/3/2016).
Selanjutnya
Tips menekan biaya
Astrid menuturkan, bila seorang pemilik rumah ingin memberi sentuhan Bali pada huniannya, tentu harus memerhatikan aspek perencanaan keuangan dengan baik.
"Untuk mencegah agar bujet tidak membengkak, sebaiknya canangkan apa saja material yang hendak dibeli sebelum mulai membangun. Trik menghemat pengeluaran bisa dilakukan dengan penggunaan material atau hasil karya dari pengrajin lokal guna menekan biaya pengiriman," ungkap Astrid.
Bagi pemilik rumah yang sudah telanjur membeli rumah atau membangun rumah dengan gaya modern, tak perlu khawatir. Astrid menjelaskan, desain tersebut masih bisa diubah ke konsep Bali.
"Hanya saja, nampaknya perubahan konsep tersebut harus dikerjakan lebih optimal, karena kalau tidak akan menjadi tempelan saja. Pada akhirnya, nuansa Bali yang didambakan hanya bersifat gimmick," ujar dia.
Dia menuturkan, jika tidak ingin perubahan yang terlalu drastis, penghuni rumah bisa memainkan tampilan dari elemen dekoratif, atau menambahkan beberapa material batu alam dan elemen lansekap pada eksterior rumah.
Terakhir, Astrid menyebut kehadiran pohon kamboja juga mampu memperkuat rumah bernuansa Bali. Ada beberapa jenis kamboja yang populer untuk dipamerkan, yaitu kamboja putih, merah dan kuning.
Kamboja putih dibagi ke dalam dua jenis, yakni berdaun besar dan berdaun kecil. Yang berdaun besar biasanya tumbuh di area pemakaman, sedangkan kamboja berdaun kecil mudah dijumpai di area sekitar pura dan rumah-rumah penduduk Bali.(Fathia A/Ahm)
Foto: Houzz.com
Advertisement