Liputan6.com, Jakarta Ide teknologi ramah lingkungan bisa datang dari mana saja, termasuk Bangladesh. Baru-baru ini, seorang warga Bangladesh, Ashis Paul, menemukan teknologi pendingin ruangna tanpa listrik.
AC tanpa energi listrik ini disebut dengan ‘Eco Cooler’. Sesuai dengan namanya, Eco Cooler merupakan pendingin ramah lingkungan yang tidak memerlukan biaya terlalu besar.
Baca Juga
Seperti dilansir dari observers.france24.com, Ashis Paul selaku penemu teknologi Eco Cooler mengatakan, ide ini tercetus karena melihat masyarakat Bangladesh kerap kepanasan bila berada di rumah mereka.
Advertisement
Seperti kebanyakan negara berkembang, banyak masyarakat Bangladesh yang masih hidup di garis kemiskinan. Rumah-rumah masyarakat kalangan ini terbuat dari seng. Pada musim panas, suhu di dalam rumah bisa mencapai 30 derajat selsius.
Baca Juga
Ide Eco Cooler datang dari percobaan hembusan udara dengan mulut melalui telapak tangan. Saat seseorang menghembuskan udara dengan mulut terbuka, telapak tangan akan terasa panas.
Sebaliknya, bila udara dihembuskan dengan kondisi mulut tertutup seperti bersiul, udara akan terasa dingin dan sejuk di telapak tangan.
Ashis membuat Eco Cooler dari papan dan botol-botol plastik bekas; limbah yang sangat banyak ditemukan di Bangladesh, dan mungkin juga dunia.
Caranya, botol-botol plastik tersebut dipotong menjadi dua bagian, bawah dan atas, yang terdapat corong untuk tutup botol. Dari kedua bagian ini, hanya bagian atas yang dipakai.
Selanjutnya, Ashis melubangi papan dengan lubang dengan diameter seukuran kepala botol. Terdapat 36 lubang (6×6) dalam satu papan. Jarak masing-masing lubang sekitar 10cm. Selanjutnya, tancapkan kepala botol pada lubang-lubang tersebut.
Terakhir, pasang papan yang sudah berisi 36 botol pada bagian jendela rumah warga. Bagian botol yang lebar menghadap ke luar, sementara bagian kepala botol ke dalam rumah. Selesai!
Berdasarkan penelitian, Eco Cooler ini bisa menurunkan suhu ruangan rumah, yang tadinya 30 derajat celsius, menjadi 25 derajat celsius.