Trik Foto Properti agar Terlihat Menarik di Mata Konsumen

Foto merupakan hal yang penting dalam memasarkan properti Anda. Sebab, dengan adanya foto, konsumen akan lebih mudah melihat bentuk visual.

oleh Kantrimaharani diperbarui 12 Okt 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2016, 12:00 WIB
Tips Ambil Foto Properti
Foto merupakan hal yang penting dalam memasarkan properti Anda. Sebab, dengan adanya foto, konsumen akan lebih mudah melihat bentuk visual.

Liputan6.com, Jakarta Foto merupakan salah satu hal yang penting ketika Anda sedang memasarkan properti Anda. Sebab dengan adanya foto, calon pembeli Anda akan lebih mudah melihat bentuk visual dari setiap detil propertinya mulai dari bagian eksterior dan interior rumah.

Tentu saja untuk teknik pengambilan fotonya sebaiknya tidak dilakukan secara asal-asalan. Foto yang gambarnya kabur atau gelap akan mengurangi ketertarikan calon konsumen.

Menggunakan jasa fotografi tidaklah murah. Meski begitu, dalam menjalankan bisnis poperti, sebagai pelaku bisnis Anda tidak boleh mengenyampingkan unsur foto sebagai instrumen marketing.

Dedif Murdiansah, fotografer lepas yang kerap mengerjakan foto properti menuturkan bahwa fotografi merupakan unsur seni yang melukis dengan cahaya. Analoginya, kamera merupakan kuasnya. Sehingga, bila menginginkan hasil yang baik, maka harus mengetahui kameranya.

“Saat ini ada banyak jenis kamera yang bisa digunakan antara lain kamera pocket, mirrorless, DSLR, hingga kamera pada telepon genggam. Setiap kamera memiliki karakter yang berbeda, begitu pula dengan tekniknya.”

“Misalnya, bagi pemula biasanya lebih sering menggunakan kamera telepon genggam, saat mereka menggunakan DSLR maka akan merasa beda. Baik beratnya hingga fitur yang ada di dalamnya,” ujar Dedif seperti dilansir dari laman Rumah.com, Selasa (11/10/2016).

Lebih detil, Dedif juga menjabarkan, bila hendak menggunakan kamera DSLR, fitur yang harus diperhatikan antara lain diafragma (A), speed (S), dan ISO. Dimana diafragma akan mengatur bukaan cahaya pada lensa, dan speed (kecepatan) rana akan membuka dan menutup pada body kamera. Sedangkan ISO mengatur intensitas warna.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perhatikan ketentuan fiturnya

“Bila mengambil foto ruangan tertutup menggunakan DSLR disarankan untuk tidak menggunakan ISO di atas 1.600, karena akan terlalu terang dan menyebabkan noise (muncul bintik-bintik pada hasil gambar). Sedangkan bila menggunakan kamera mirrorless masih dibolehkan menerapkan iso 12.800.”

“Selanjutnya, jangan lupa atur pencahayaan. Pencahayaan sangat penting agar obyek (ruangan) tidak terlihat gelap. Apabila gelap, tentu saja memberikan kesan kumuh atau kotor. Ini tidak akan menjual,” katanya.

Ia memberi saran, sebaiknya gunakan lighting (pencahayaan) tambahan di luar dari kesatuan kamera. Misalnya, untuk diletakkan pada bagian bawah tempat tidur atau sofa.

“Jika menggunakan kamera pocket atau telepon genggam, Anda juga harus bersabar. Saat mengambil gambar, tubuh sebaiknya tidak langsung bergerak. Sebaliknya, tubuh dan tangan harus diam hingga obyek sudah tertangkap kamera. Karena kamera telepon genggam lebih sensitif dibandingkan kamera mirrorless atau DSLR,” tambahnya.


Perhatikan angle (sudut pandang) pengambilan foto

Memperhatikan pengambilan angle sangatlah penting. Karena, bisa memberikan informasi produk dari berbagai sudut secara visual.

Dalam istilah fotografi ada enam jenis angle yakni, eye level, the bird’s eye view, high angle, low angle, frog angle, dan canted angle.

“Biasanya untuk mengambil foto rumah dan semua sudut ruangan, angle yang dipakai antara lain eye level (setinggi arah mata lurus memandang), the bird’s eye view (angle yang diambil dari ketinggian untuk melihat semua sudut), high angle (lebih tinggi dari arah pandangan mata), dan low angle (pengambilan gambar dari angle lebih rendah dari mata). Satu ruangan bisa diambil dengan empat angle yang berbeda,” jelasnya.

Contoh low angle (dok. Dedif)

Contoh eye angle (dok. dedif)

Contoh high angle (dok. dedif)


Angle penerapan untuk ruangan

Boy Leonard, penulis Rumah.com, mengatakan pengambilan foto untuk ruangan tidak hanya fokus pada obyek, namun juga continuity. Yakni kesinambungan antara gambar pertama dan gambar kedua dan seterusnya, sehingga orang yang melihat foto tersebut bisa membayangkan posisi masing-masing ruangan di dalam sebuah rumah secara keseluruhan.

“Jadi, seandainya denah belum siap, maka Anda bisa menggunakan cara ‘menceritakan’ ruangan kepada pembaca, yakni dengan cara menyertakan obyek-obyek yang sama dari sudut berbeda secara berurutan,” katanya.

Misalnya, dalam Project Review yang dilakukan Rumah.com dengan mengambil foto ruangan di Perumahan Amarillo Village dengan eye level angle. Konsumen akan melihat ruangan berwarna hijau, seakan penasaran dan bertanya ada apakah di dalamnya.

Tampak luar Amarillo Village.

Bagian dalam Amarillo Village.

“Gambar atas adalah bagian luar rumah contoh dan gambar bawah adalah bagian dalamnya. Unsur continuity pada kedua gambar tersebut adalah 'tangga'," katanya.

"Dengan berpatokan pada tangga tersebut, Anda bisa memperkirakan di bagian rumah sebelah mana letak area tamu, dapur, dan lain-lain yang terlihat pada gambar kedua. Seandainya tangga tidak disertakan pada foto kedua, konsumen akan kesulitan memperkirakan letak area tersebut," ia menambahkan.

'Dapur' sebagai continuity untuk pengambilan dari sudut berbeda.

Langkah keempat pengambilan ruangan di Amarillo Village.

"Pada gambar berikutnya, continuity adalah area 'dapur'. Dengan menjadikan 'dapur' sebagai patokan, orang menjadi tahu letak kamar mandi, gudang, dan sebagainya," ia menjelaskan.

Untuk mempermudah orang memperkirakan letak-letak ruangan di rumah, Dedif menyarankan untuk mengambil gambar dengan sudut pengambilan seluas mungkin.

“Terakhir, bila ruangan sangat minimalis, tips yang harus dipehatikan adalah angle terjauh. Anda berdiri sedikit lebih jauh untuk bisa mengambil seluruh ruangan. Adapun lensa yang dipakai adalah lensa wide (lebar) yang cenderung melengkung,” ujar Dedif.

Perhatikan kerapatan pixel

Terakhir, adalah memperhatikan kerapatan pixel. Maksudnya, konsentrasi pixel pada layar tertentu yang diukur per inchi/pixel per inch (ppi). Kerapatan pixel dihitung dengan membagi resolusi pixel diagonal layar dengan ukuran diagonal. Semakin kecil ppi maka setiap pixel bisa semakin terlihat jelas.

Saat ditanya, berapakah kerapatan pixel foto yang akan dipasang pada media online seperti website atau media sosial, Dedif mengatakan 72 pixel/inchi – 100 pixel per inchi, sudah cukup. Namun, untuk keperluan cetak, sebaiknya tidak kurang dari 300 ppi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya