Demi Punya Rumah Pasangan Ini Menikah Tanpa Resepsi Mewah

Setiap wanita memiliki impian melewati satu hari istimewa dengan resepsi indah tak terlupakan. Tapi tidak dengan wanita ini.

oleh Wahyu Ardiyanto diperbarui 27 Nov 2016, 07:11 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2016, 07:11 WIB

Liputan6.com, Jakarta Setiap wanita memiliki impian melewati satu hari istimewa dengan resepsi indah tak terlupakan. Pesta penuh bunga dengan alunan musik romantis, gaun menawan, serta tamu-tamu spesial tentu menjadi harapan yang ingin segera diwujudkan. Tetapi tidak demikian dengan Fathia Azkia, penulis yang bekerja di sebuah media digital di Jakarta.

Sejak berpacaran dengan Herry Purwanto, penata audio di salah satu stasion radio di Jakarta, ia memang mantap memprioritaskan rumah untuk masa depan. Mereka berdua bahkan berusaha keras mencari rumah hingga ke daerah Sawangan, Depok. Tidak memimpikan resepsi mewah?

Baca juga: Tips Mencari Rumah Bersama Pasangan

“Sayang saja sih jika uang berpuluh-puluh juta dihabiskan dalam semalam,” ungkapnya kepada Rumah.com. Kebutuhan setelah pesta jauh lebih penting untuk dipenuhi daripada memuaskan hasrat mewujudkan resepsi mewah.

“Saya tidak menuruti gengsi, yang penting sah dan halal. Tidak ada yang membanggakan dari pesta yang mewah. Sehebat apapun pestanya, pastinya akan ada saja orang yang mencela dan beri komentar. Jadi, mending sederhana sekalian, kan?” tegasnya

Asal tahu saja, mereka sebenarnya memiliki bujet untuk resepsi. Bahkan cukup untuk menggelar pesta di Masjid Pondok Indah dengan adat Minang bagi 350 tamu. Tetapi mereka paham, “Kehidupan setelah menikah jauh lebih penting. Bukan pesta satu malam yang terlalu berlebihan hingga terkesan hanya buang-buang uang,” kata Fathia. jadii lebih baik uangnya buat membayar uang muka rumah, peralatan rumah tangga, lemari dan lainnya.

Jadilah mereka merayakan pernikahan sederhana di hadapan penghulu, kerabat dekat dan para anak yatim piatu di dekat kediamannya. Di sebuah gedung yayasan yatim piatu, Fathia menggelar akad nikah bersama 100 orang. Biayanya? Cukup Rp5 jutaan saja.

“Alhamdulillah, saat acara pernikahan pun tidak banyak menghabiskan biaya. Setelah acara itu, saya juga membawa makan siang untuk teman-teman kantor agar mereka kenal dengan suami dan status saya yang baru,” tambahnya.

Setelah mengetahui status baru dan keputusannya, respon teman-teman lain ternyata di luar dugaan. “Mereka justru bilang ingin mengikuti langkah saya untuk membuat pesta sederhana. Terutama mereka yang sadar bahwa kenaikan harga rumah jauh lebih cepat daripada kenaikan gaji,” katanya. “Daripada resepsi di gedung, tapi tinggal di mertua,” kata seorang teman yang ingin mengikuti jejaknya

Pengakuan Fathia dan rekan-rekannya senada dengan hasil survey yang dilakukan firma real estate CBRE (www.cbre.com) pada tahun ini tentang generasi milenial dan properti. Survey ini mengungkapkan bahwa 64% generasi milenial Asia yang berusia 22-29 tahun, menyadari bahwa untuk memiliki rumah berarti mereka harus mengorbankan gaya hidup sehari-hari. Dan 66% menyatakan setuju bahwa mereka harus berkompromi dengan lokasi jika ingin membeli rumah.

“Survey CBRE juga membuka mata kita bahwa 71% dari generasi milenial ini menyadari pendapatan mereka tidak mampu mengejar harga properti. Karena itu, mereka juga membutuhkan bantuan edukasi dari banyak pihak bahwa pembelian properti harus dilakukan sejak dini, terutama dengan kebijakan loan to value yang saat ini semakin ringan,” ujar Wasudewan, Country Manager Rumah.com.

Menurut Fathia, kunci dari keberhasilannya menekan biaya pernikahan adalah tekad bulat dan kemampuan meyakinkan orangtua. Lalu, ke mana saja uang tabungan mereka berdua dialihkan?

“Dengan uang yang kami kumpulkan, saya dan suami bisa membeli perabot rumah tangga dengan kualitas baik, membantu renovasi rumah orangtua dan uang muka untuk membeli mobil,” ungkapnya dengan senyum bahagia.

Saat ini ia dan suami tinggal di sebuah kontrakan sederhana. “Ternyata menentukan rumah yang pas tidak mudah. Sampai saat ini kami masih memburu rumah yang tepat. Saya dan suami belum sepakat soal lokasi, infrastruktur di sekitar, akses, prospek investasi ke depan, dan lain sebagainya. Doakan saja agar kami bisa segera menemukannya,” urai Fathia.

Problem yang dialami Fathia dan suaminya adalah masalah para pencari rumah saat ini. “Begitu banyak janji yang diberikan developer, tetapi konsumen yang kritis tidak mudah diyakinkan. Di sisi lain, pencari rumah juga tidak memiliki waktu banyak untuk mengunjungi berbagai lokasi.

Dan Rumah.com, melalui Resensi Proyek (www.rumah.com/review) membantu mereka agar dapat mengambil keputusan secara tepat. Resensi ini tidak hanya mengulas perumahan, tetapi juga beragam fasilitas penting di sekitar lokasi, seperti sekolah, rumah sakit, transportasi publik hingga akses tol,” tambah Wasudewan.

Foto: Dok. Pribadi

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya