Liputan6.com, Jakarta Syngenta Indonesia meluncurkan strategi baru yang bertujuan memberdayakan petani dan memajukan sektor pertanian Indonesia, bertajuk Strategi Petani MAJU.
Langkah ini terdiri dari empat pilar yaitu Maximize Profitability (Memaksimalkan Profitabilitas), Accelerate Innovation (Mempercepat Inovasi), Joint-Effort in Sustainability (Upaya bersama dalam Keberlanjutan), dan United One Team (Bersatu sebagai Satu Tim).
Advertisement
Baca Juga
“Melalui strategi Petani MAJU, kami berkomitmen untuk menghadirkan solusi inovatif yang memberdayakan petani Indonesia. Kami akan bersinergi dengan mitra-mitra Syngenta untuk mencapai tujuan ini," jelas Eryanto, Presiden Direktur Syngenta Indonesia.
Advertisement
Kolaborasi menjadi fokus utama dalam pilar " Joint-Effort in Sustainability ", yang menekankan pentingnya kemitraan dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di era modern.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, Syngenta Indonesia menyelenggarakan panel diskusi dalam Konferensi Nasional perusahaan yang diadakan di Nusa Dua, Bali, pada 6 Februari 2025. Panel ini menghadirkan dua sesi diskusi yang membahas topik-topik krusial dalam sektor pertanian.
Sesi pertama bertema "Memperkuat Kemitraan untuk Ketahanan Pangan Nasional dan Kesejahteraan Petani", dimoderatori oleh Nanin Noorhajati, Crop Protection Development Head.
Panel diskusi ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc selaku Guru Besar Fakultas Pertanian IPB sekaligus Ketua Tim Teknis Komisi Pestisida Kementerian Pertanian, Agung Kurniawan dari CropLife Indonesia, Abu Bakar selaku petani jagung dan Ketua Sahabat NK Indonesia, dan Frederick Huntercol Manihuruk, Lead Farmer Network (petani andalan) dari Kabupaten Simalungun.
Diskusi ini menyoroti peran Syngenta dalam memperkuat kemitraan untuk mendukung kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.
Di tengah berbagai tantangan pertanian, perubahan iklim membawa dampak yang luar biasa terhadap munculnya berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT).
Kehadiran OPT ini dapat mengganggu produktivitas dan kualitas hasil panen yang akan berdampak secara langsung pada program swasembada serta ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam Astacita.
Untuk itu diperlukan teknologi pertanian yang dapat membantu petani mengatasi tantangan tersebut, baik berupa produk perlindungan tanaman maupun benih berkualitas.
“Di sinilah peran Syngenta perlu dioptimalkan dalam menyediakan benih dan produk perlindungan tanaman berkualitas serta terjangkau oleh petani. Produk perlindungan tanaman yang berkualitas merupakan salah satu strategi dalam pengendalian hama terpadu (PHT). Yang perlu diperhatikan adalah penggunaannya di lapangan sehingga petani mendapatkan manfaatnya secara maksimal. Oleh karena itu, kolaborasi dengan pemerintah, asosiasi, dan akademisi sangat penting untuk memberikan pendampingan dan pelatihan kepada petani,” papar Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc.
Petani juga perlu mendapatkan kemudahan akses terhadap teknologi pertanian. Dengan memiliki akses dan pengetahuan terhadap teknologi, maka petani dapat maju dan sejahtera.
Abu Bakar menambahkan, "Petani memerlukan teknologi untuk mengatasi tantangan seperti serangan hama dan penyakit. Penguasaan teknologi ini sangat penting bagi keberhasilan budidaya."
Selain hama dan penyakit, di sisi lain petani juga berjuang dengan berkurangnya luas lahan pertanian dan tanah yang mulai hilang kesuburannya.
Bahasan Lain
Frederick, petani dari Kabupaten Simalungun mengatakan, “Lahan kami mulai banyak yang tandus karena pH tanah menurun sehingga penggunaan pupuk menjadi lebih banyak. Kami membutuhkan edukasi mengenai cara memperbaiki kesuburan tanah agar membuat hasil pertanian optimal.”
Sementara itu, diskusi kedua membahas tentang "Mendorong Model Kemitraan Bisnis yang Inovatif untuk Dampak Lebih Besar", dengan Ricky Tjok (Production & Supply and Strategy Head) sebagai moderator. Panelis yang hadir yaitu Ir. Rio Reyno Elia, STP, MM dari Indico, Andini Christina Wibowo dari PT Suryanusa Agromakmur, dan Saronto Soebagjo dari PT Wilmar Padi Indonesia. Sesi ini berfokus pada tren terkini dan model kemitraan komersial inovatif untuk mencapai kesuksesan bersama.
Kemitraan yang sukses dapat terjadi jika masing-masing pihak saling memahami kompetensi dan memiliki langkah-langkah strategis yang saling terkait untuk mencapai tujuan bersama.
Syngenta telah menjalin kemitraan jangka panjang dengan berbagai pihak termasuk 30 tahun dengan Suryanusa Agromakmur dalam menyediakan produk perlindungan tanaman yang dibutuhkan oleh petani.
Syngenta juga terlibat dalam kemitraan bersama Wilmar untuk memberdayakan petani padi. Saat ini, Syngenta sedang dalam tahap awal kerja sama untuk penanaman jagung di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat bekerja sama dengan Indico.
Terjalinnya kemitraan tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal positif dalam mendukung upaya pemerintah untuk mencapai swasembada pangan dan ketahanan pangan yang ditargetkan di tahun 2027.
Target tersebut tentu akan lebih mudah tercapai jika dilakukan melalui kolaborasi dan membangun sinergi antara pemerintah, pelaku industri, asosiasi, akademisi, dan petani.
Advertisement
Kemitraan
Melalui strategi Petani MAJU, Syngenta Indonesia berupaya melakukan lebih banyak kemitraan bersama para pemangku kepentingan terkait untuk mendukung program ketahanan pangan pemerintah, memberdayakan dan menyejahterakan petani dengan menerapkan aspek-aspek keberlanjutan.
Dengan strategi Petani MAJU, Syngenta Indonesia siap meningkatkan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan ekosistem pertanian yang lebih kuat. Fokus utamanya adalah mendorong adopsi teknologi pertanian, meningkatkan produktivitas, dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional serta kesejahteraan petani.