Liputan6.com, Jakarta Menurut Rumah.com Property Index, median harga properti di Bandungmengalami peningkatan yang dinamis mulai dari kuartal satu (Q1) hingga di Q3 2017. Pada Q1 harga berada di kisaran Rp10,66 juta per meter persegi, naik 2,64% menjadi Rp10,94 juta di kuartal selanjutnya.
Sedangkan kenaikan 1,22% terjadi pada Q3 sehingga menyebabkan harga terkoreksi positif menjadi Rp11,07 juta per meter persegi. Jika dirata-ratakan, properti di Bandung mampu mencatat kenaikan sekitar 2% tiap kuartal.
Baca Juga
Alhasil Bandung sendiri mulai dibidik banyak orang sebagai area berinvestasi lantaran didukung oleh beberapa faktor. Utamanya faktor infrastruktur. (Baca juga:Â Rumah di Bandung Toreh Kenaikan 3,12%)
Advertisement
Di awal bulan ini, warga Bandung sudah bisa melintasi Tol Soreang – Pasirkoja (Soroja) yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo, Senin (4/12). Keberadaan tol tersebut akan memangkas jarak serta berdampak pada pengurangan biaya logistik antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Sebelum ada jalan Tol Soroja, warga Kabupaten Bandung harus melintasi jalur arteri Soreang – Kopo yang ditempuh mencapai 1,5 jam. Setelahnya, diperkirakan waktu tempuh antara kota dan kabupaten hanya sekitar 20 menit saja. Demikian seperti dikutip Rumah.com.
Tol tersebut memiliki lima pintu gerbang mencakup Margaasih Barat, Margaasih Timur, Kutawaringin Barat, Kutawaringin Timur dan Soreang. Dengan panjang total 10,5km, yakni jalan utama tol sepanjang 8,15km ditambah jalan akses sepanjang 2,4km.
Jalan utama tol terbagi menjadi dua seksi yakni Seksi I ruas Simpang Susun (SS) Pasirkoja – SS Margaasih sepanjang 2,75km, dan Seksi II ruas SS Margaasih – SS Katapang sepanjang 3,3km, serta ruas SS Katapang – Soreang sepanjang 2,1km.
Kehadiran tol diharapkan mampu mendorong pemerataan perkembangan daerah antara Bandung Utara dan Bandung Selatan. Di mana selama ini aktivitas ekonomi masih bertumpu pada kawasan Bandung Utara, padahal kawasan Bandung Selatan juga memiliki potensi besar.
Simak juga:Â Bandung Lautan Rumah Baru dengan Harga Terjangkau
Berimbas ke Sektor Properti
Sejak proyek Tol Soroja dikerjakan, harga properti khususnya rumah tapak di kawasan Katapang dan Soreang menjadi semakin menarik. Sebelumnya harga properti di dua area ini berkembang tidak secepat kawasan yang lebih dekat dengan Kota Bandung karena kepadatan lalu lintas yang tinggi.
Namun dalam tiga tahun terakhir peningkatannya berada di kisaran 15-20% per tahun. Saat ini, harga tanah di Katapang dan Soreang sudah berada di kisaran Rp2 juta – Rp3 juta per meter persegi tergantung lokasinya.
Buktinya harga rumah di Halimun Katapang, saat pertama kali diperkenalkan pada Februari 2015, unit tipe 40 di klaster ini dijual dengan harga Rp279 juta. Pada Juni 2017, harga berubah drastis menjadi Rp723 juta atau naik sebesar Rp444 juta.
Artinya dalam waktu dua tahun, dari semenjak proyek tol dikerjakan hingga rampung, kenaikan harga rumah di sekitar Tol Soroja mampu meningkat nyaris tiga kali lipat. (Jangan dulu investasi properti di Bandung sebelum menyimak Review Properti)
Hal serupa dialami Taman Kopo Katapang. Unit tipe 48 di perumahan tersebut pada Januari 2015 dijual seharga Rp334,8 juta. Februari 2017, harga sudah dikoreksi menjadi Rp492 juta. Peningkatan harga sebesar Rp158 juta menunjukkan harga rumah di kawasan Kopo meningkat rata-rata 23% per tahun.
Tidak hanya di Soreang dan Ketapang, kawasan Ciwidey yang terpaut 15km juga terkena imbas dari kehadiran Tol Soroja. Diakui pengembang Puri Mas Ciwidey, harga rumah di sini mengalami kenaikan rata-rata 15% per tahun.
Apalagi jika dibandingkan dengan harga saat launching Maret 2016 ke Februari 2017, terjadi peningkatan harga sebesar nyaris 50%. Selain capital gain, investor juga bisa mendapatkan penghasilan dari menyewakan unit rumah mereka kepada wisatawan yang mengunjungi lokasi wisata di Ciwidey.
Untuk menggarap pasar tersebut, developer Viora Bumi Dirgantara menawarkan jasa pengelolaan lewat estate management. Rumah tipe 36 disewakan dengan harga Rp800.000/malam, tipe 48 Rp1jt/malam dan tipe 72 Rp1,2jt/malam.
Dengan asumsi occupancy rate 38.5% dan profit sebesar 40% dari omzet untuk pemilik, investor yang membeli rumah tipe 36 diproyeksikan mendapat penghasilan sebesar Rp57,6jt/tahun, tipe 48 Rp72jt/tahun dan tipe 72 Rp80,8jt/tahun.
Dari data tersebut, yield untuk rumah tipe 36 dan 48 berada di angka 21%. Sementara untuk tipe 72, karena harga unitnya lebih tinggi, yield-nya sekitar 16,7%.
Tinggal di apartemen di tengah kota lebih baik daripada rumah di pinggir kota. Anda setuju?Suarakan pendapat Anda lewat survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index. Berhadiah total 10 juta untuk 5 pemenang!
Advertisement