Wedang Ronde dan Kerinduan Seorang Dayang Tiongkok

Sejarawan Semarang menuturkan satu teori sejarah munculnya wedang ronde. Akarnya dari Tiongkok kuno.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 15 Des 2015, 19:19 WIB
Diterbitkan 15 Des 2015, 19:19 WIB
Festival Lampion, Tiongkok, dan Wedang Ronde
Ada kisah mengharukan di balik wedang ronde ala Tiongkok yang menginspirasi penciptaan wedang ronde kini.

Liputan6.com, Semarang - Intensitas hujan yang meningkat pada pertengahan Desember ini menyebabkan sejumlah wilayah mulai dilanda banjir, termasuk Semarang, Jawa Tengah. Kondisi kedinginan niscaya dialami warga.

Untuk itu masyarakat Jawa punya penangkalnya, namanya wedang ronde. Minuman ini bisa mendatangkan kehangatan pada tubuh.

Minuman tradisional ini mampu mengusir hawa dingin berkat seduhan air jahe panas dicampur ronde, bola-bola dari tepung ketan berbumbu rempah-rempah.

Peminat sejarah asal Semarang, Jongkie Tio, mengatakan jika wedang ronde berasal dari resep Tiongkok kuno. Minuman itu identik dengan minuman Tangyuan asal Negeri Tirai Bambu. Komposisi minumannya relatif sama.

"Masuknya wedang ronde ke Indonesia tak lepas dari peran para pedagang dan musafir dari negeri Tiongkok," jelas Jongkie kepada Liputan6.com, di Semarang, Selasa (15/12/2015).

 



Minuman Tangyuan sangat lekat dengan legenda masyarakat Tiongkok, tentang kerinduan seorang dayang kepada orang tuanya.

Syahdan, saat Dinasti Han berkuasa, ada seorang dayang kerajaan bernama Yuanxiao yang ahli membuat Tangyuan. Suatu ketika, Yuanxio sangat merindukan kedua orang tuanya.

Sayang, ia tidak dapat meninggalkan istana karena statusnya sebagai dayang. Ia hanya bisa menangis hingga dalam keputusasaannya hendak bunuh diri. Untung, niatnya bisa dicegah.

"Saat itu, ada menteri yang mengetahui. Sang menteri berjanji akan menolongnya dan menghibur Yuanxio, seraya memintanya membuat Tangyuan sebanyak mungkin sebagai persembahan kepada dewa di tanggal 15 bulan 1 Imlek."

Yuanxiao berhasil melakukannya. Kaisar sangat puas dan sang dayang diizinkan bertemu kedua orang tuanya.

Sejak saat itu, setiap tanggal 15 bulan 1 penanggalan Imlek diadakan Festival Yuanxiao atau Festival Lampion.

"Masyarakat Tiongkok biasa mengkonsumsi Tangyuan saat Festival Yuanxiao," ucap Jongkie Tio.

Bagi masyarakat Tiongkok, Tangyuan selalu diminum bersama-sama sekeluarga. Bentuk Tangyuan yang bulat dengan mangkuk yang bundar melambangkan kebersamaan keluarga.

Di Indonesia kini wedang ronde telah melintas di segala lini. Taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, dan kolang-kaling menjadi pelengkap minuman akulturasi ini.

"Itu yang membedakan ronde dengan Tangyuan," kata Jongkie. Tangyuan pun berkembang menjadi wedang ronde, minuman asal Tiongkok rasa Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya