Liputan6.com, Palembang - A, seorang tersangka pembunuhan manajer bank, YN, yang diduga cekcok karena tidak puas dengan layanan seksual, akhirnya menyerahkan diri pada Kamis, 25 Februari 2016. Dengan penyerahan diri A, sudah tiga tersangka yang berhasil ditahan.
Kini, polisi memburu S (17) yang diduga menjadi otak pembunuhan yang terjadi Minggu, 21 Februari 2016 itu. Kasatreskrim Polres Ogan Komering Ulu (OKU) AKP Rivanda menduga, S sudah berada di luar Baturaja, Sumatera Selatan (Sumsel).
"Kemungkinan S sudah berada di luar OKU, tapi kita belum bisa perkirakan di mana pastinya tersangka bersembunyi. Kita masih menunggu orang keempat yang kita duga S adalah otak pembunuhan ini," kata Rivanda kepada Liputan6.com, Jumat 26 Februari 2016.
Rivanda menyatakan penemuan S sangat vital dalam pengungkapan kasus. Pasalnya, pelajar sebuah SMK swasta itu disebut sebagai orang yang pertama mengenal korban YN. Â
Baca Juga
"Tapi kita belum bisa menyimpulkan sekarang. Masih dalam tahap pengejaran," kata dia.
Rivanda belum memastikan motif pembunuhan tersebut, apakah seperti pengakuan 3 tersangka atau ada motif tersembunyi lain. Yang jelas polisi sudah mendapatkan sejumlah bukti.
"Kita ada beberapa bukti yang sudah didapatkan, tapi belum bisa kita sebutkan. Yang jelas polisi sedang mengejar tersangka," lanjut Rivanda.
Ia menyatakan tidak melihat indikasi penggunaan narkoba dalam pembunuhan tersebut. Namun, polisi kini melibatkan psikolog untuk mengecek kondisi kesehatan jiwa dari para tersangka yang masih di bawah umur itu.
Rivandi menyebut keempat tersangka bisa dijerat pasal berlapis, yaitu Pasal 340, Pasal 338, Pasal 140 dan Pasal 365 dengan ancaman hukuman penjara di atas 12 tahun.
"Kita targetkan kasus ini segera tuntas," ucap Rivandi.
Keterangan Pembunuh Janggal?
Sementara itu, Humas Polda Sumsel Kombes R Djarod Padkova mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil autopsi jasad korban. Ia enggan mengomentari dugaan perencanaan pembunuhan karena ternyata ada sejumlah barang milik korban yang hilang. Diketahui notebook, ponsel, dan jam tangan korban hilang.
"Kita belum mengarah ke sana, fokus pada pengungkapan kasus pembunuhan, apakah ini pembunuhan direncanakan atau pencurian dengan kekerasan sehingga meninggal," ujar Djarod.
Kriminolog Syarifuddin Petanase melihat banyak kejanggalan yang terjadi dalam kasus itu. Ia menyebut banyak motif di balik keterangan yang disampaikan para tersangka.
"Siapa yang bisa membuktikan? Kalau dari tersangka itu sebuah keterangan. Tapi apakah valid keterangan tersangka? Sulit dibuktikan, harus ada fakta lain yang membuktikan," ujar dia.
Sejumlah pertanyaan yang belum terpecahkan, kata dia, adalah mengapa tersangka S yang sudah mengenal korban terlebih dulu harus mengajak M. Padahal, jika ingin melayani seksual korban, hal itu bisa dilakukannya sendiri.
Berikutnya adalah pencurian barang-barang korban seusai pembunuhan. Syarifuddin menyebut pembunuhan yang terjadi lebih kental ke motif perampokan. Karena itu, ia menilai keterangan tersangka tidak bisa langsung dijadikan patokan.
"Jelaslah (pengungkapannya rumit), karena korbannya sudah meninggal. Saya kira ini bukan pelecehan seksual, tapi bisa jadi yang lain. Kita belum bisa menyimpulkannya, terlalu dini," ujar Syarifuddin.
Ia menyatakan kasus kriminal karena penyimpangan seksual sudah lama terjadi. Namun, kebanyakan korban tidak berani mengungkapkan karena malu dan dianggap aib.
"Sekarang karena kasus artis SJ jadi heboh. Kalau dulu orang malu mengadu, tapi sekarang lebih blak-blakan," ucap Syarifuddin.
Advertisement