Begini Cara Membina PSK ala Sunan Kuning

Pengurus Sunan Kuning pun sering menggelar pengajian di dekat gerbang masuk lokalisasi.

oleh Felek Wahyu diperbarui 02 Mar 2016, 06:03 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2016, 06:03 WIB
20160301-Sunan Kuning
Pemandangan di kawasan Sunan Kuning siang hari (Liputan6.com/Felek Wahyudi)

Liputan6.com, Semarang - Kawasan Sunan Kuning di Semararang Jawa Tengah identik dengan citra negatif. Sebab kawasan itu merupakan kawasan lokalisasi terbesar di kota lumpia tersebut.

Namun, sebenarnya Sunan Kuning bukan lokasi untuk mempekerjakan para pekerja seks komersial (PSK) melainkan membinanya. Nama sebenarnya kawasan ini adalah Resosialisasi Argorejo.

"Tapi lebih terkenal dengan sebutan lokalisasi SK (Sunan Kuning)," jelas Ketua Resosialisasi Argorejo, Sunan Kuning, Semarang,‎ Suwandi HS, saat berdiskusi dengan Liputan6.com, di Semarang, Selasa (1/3/2016).

Pembinaan di lokalisasi Sunan Kuning mulai dari pengajian sampai pelatihan dan membuka akses bisnis. PSK diberi pelatihan ketrampilan khususnya yang terkait dengan wanita.

"Kebanyakan kita latih merias, tapi ada juga yang kita latih boga. Ada yang tetap bertahan di SK tapi mereka buka usaha rias tapi ada juga yang keluar," jelas Suwandi.

 



Tidak sebatas memberi teori dengan mengajari keterampilan, pengurus juga membantu akses permodalan bagi warga binaan. Pengurus mengundang bank untuk melayani setoran yang diharapkan jadi modal usaha.

"Tabungan mereka tidak sedikit lho. Bayangkan saja setelah lebaran lalu ada yang sudah nabung Rp 100 juta," kata Suwandi.

‎Sunan Kuning yang masuk Kelurahan Kalibanteng Kulon, ‎Kecamatan Semarang Barat, diharapkan menjadi tempat terakhir untuk membina para PSK.

Pengurus juga menjaga kesehatan dengan menggelar pemeriksaan rutin para PSK dan penyuntikan vitamin tertentu untuk kekebalan tubuh. Dari sisi spiritual, pengurus juga menggelar peringatan bagi PSK maupun pengunjung dengan sering menggelar kegiatan agama.

"Kita sering gelar pengajian di masjid yang juga pintu gerbang. Jadi dengan mendengar diharapkan timbul niatan untuk sadar baik pengunjung maupun warga binaan yang berjumlah lebih dari 500 wanita berbagai usia," kata dia.

Untuk menjaga keamanan, dia melanjutkan, menggelar sistim portal dengan tarif masuk nominal tertentu. Selain itu, bagi tamu yang menginap juga dikenakan biaya.

‎"Dengan dana yang didapat maka bisa menjaga lingkungan dan juga menempatkan petugas keamanan. Jam menginap mulai setelah penutupan karaoke jam 24.00," kata dia.

Keberadaan SK baru sebagian wajah dari dunia prostitusi di Kota Semarang. "Kami hanya bisa membina beberapa. Masih ada PSK yang berjualan di TI (tanggul indah), jalan Imam Bonjol dekat Stasiun Poncol, dan ada juga di karaoke luar SK," kata Suwandi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya