Liputan6.com, Jakarta - Desa Penglipuran menjadi satu dari tiga desa terbersih di dunia. Bukan tanpa alasan desa di Banjar Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, tersebut mendapat predikat demikian.
Dari pengamatan Liputan6.com saat mengunjungi desa tersebut, Minggu, 28 Februari 2016, sama sekali tak terlihat sampah sedikit pun.
Semua tertata dengan rapi. Ketua Pengelola Desa Wisata Penglipuran, I Nengan Moneng, menjelaskan sejak dahulu kala orangtua mereka mengajarkan kebersihan secara turun-temurun.
"Ini sudah sejak dari zaman dulu. Leluhur kami secara turun-temurun mewarisi tradisi kebersihan ini. Hingga saya diturunkan dari orangtua, begitu saya juga memberi wejangan kepada anak dan cucu saya," kata Moneng di kediamannya, Senin (29/2/2016).
Dalam peraturan desa (awig-awig) aspek kebersihan lingkungan menjadi sesuatu yang diatur secara tegas. Kebersihan di lingkungan rumah tangga menjadi tanggung jawab orang-orang yang berada di dalam rumah tersebut.
Â
Baca Juga
Untuk kebersihan di jalan raya, desa adatlah yang bertanggung-jawab dengan diketuai seorang kepala lingkungan. Adapun untuk fasilitas umum, Moneng mengaku ia yang bertanggung jawab sepenuhnya.
Sementara untuk kebersihan di tempat-tempat suci seperti pura, maka yang bertanggung jawab adalah bendesa adat (kepala desa adat).
"Kami punya komitmen sebagai desa konservasi dengan melestarikan budaya, lingkungan, dan arsitektur unik adat kita," kata dia.
Di desa itu disediakan tempat bagi pengunjung yang ingin merokok. Sementara itu motor dan mobil tak diperkenankan masuk ke desa ini.
Mereka yang memiliki motor dan mobil akan ditaruh di garasi belakang rumah dengan jalur masuk yang berbeda.
Ketua PKK Desa Penglipuran, Ni Wayan Nomi, menjelaskan setiap bulan ibu-ibu di desanya berkumpul untuk melakukan pemilahan sampah. Sampah organik dan non-organik dipilah dan dipisahkan.
Sampah organik akan diolah menjadi pupuk, sementara sampah non organik akan dijual dan ditabung ke bank sampah di desanya. "Satu kilogramnya Rp 200. Meski kecil, hitung-hitung menabung," tutur Wayan Nomi.
Setiap bulan pula ibu-ibu PKK wajib membawa 10 botol air kemasan mineral. "Minimal 10 botol. Bebas ukuran apa saja. Itu untuk ditabung ke bank sampah," kata dia.
Menurut dia, upaya menjaga lingkungan di desanya selalu dilakukan di mana saja. Jika di pura, sebelum melakukan persembahyangan kelian adat (kepala rukun tetangga adat) akan mengumumkan khusus kepada anak-anak untuk membersihkan sampah kepada tempat yang telah disediakan.
"Jadi, sejak dini karakter mereka sudah dibentuk. Untuk mereka yang masih muda tergabung dalam sekar teruna-teruni (organisasi pemuda tingkat desa). Mereka setiap bulan juga gotong royong membersihkan sampah," kata dia.
Advertisement