Cuaca Ekstrem Melanda, Pelayaran di Samudra Hindia Berbahaya

Pelayaran di Samudra Hindia berbahaya bagi seluruh jenis kapal hingga 25 Maret mendatang.

oleh Yuliardi Hardjo PutroErinaldi diperbarui 22 Mar 2016, 17:08 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2016, 17:08 WIB
Peta Satelit Ungkapkan 'Cekcok' Antar Benua
Sebuah peta mengungkapkan adanya tabrakan antar lempeng Samudra Hindia dan Eurasia, yang selama ini tak diketahui.

Liputan6.com, Bengkulu - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan status peringatan dini terhadap seluruh pelayaran di Samudra Hindia pada Selasa (22/3/2016).

Prakirawan BMKG Stasiun Fatmawati Soekarno Bengkulu Anjasman menyatakan, status berbahaya berlaku untuk pelayaran jenis kapal tongkang, kapal tangkap ikan ukuran besar, dan seluruh jenis kapal yang akan melalui Samudra Hindia hingga 25 Maret mendatang.

"Ketinggian gelombang mencapai 4 meter khusus di wilayah perairan sekitar Pulau Enggano dan berpotensi lebih tinggi pada laut lepas sebelah barat Samudera Hindia," ujar Anjasman di Bengkulu.

BMKG juga melaporkan kecepatan angin di wilayah daratan Sumatera mencapai 22 knot atau 40 kilometer per jam. Kondisi itu diperparah dengan turunnya hujan berintensitas ekstrem.


Ketebalan hujan untuk wilayah Bengkulu mencapai 114,1 milimeter yang masuk kategori sangat berbahaya. Berdasarkan hitungan BMKG, ketebalan hujan 0-20 milimeter masuk kategori ringan, 20-50 milimeter masuk kategori sedang dan untuk ketebalan hujan 50-100 milimeter masuk kategori hujan lebat.

Tingginya gelombang di wilayah pesisir pantai barat Sumatera juga berbahaya untuk pelayaran bagi kapal nelayan tradisional. Tinggi gelombang tercatat 1 hingga 3 meter dan bisa naik hingga 4 meter.

"Prediksi kami, kondisi akan normal kembali pada hari Jumat, 25 Maret, mendatang tergantung pergerakan angin dan pergerakan air," ucap Anjasman.

Ganasnya dampak cuaca ekstrem di Samudra Hindia dirasakan para nelayan tradisional. Sebanyak tiga kapal nelayan dihantam badai. Salah satu kapal yang berisi empat nelayan bahkan pecah dan karam di perairan sejauh 150 meter dari bibir pantai Tapak Paderi Bengkulu.

Dua lainnya berhasil merapat ke kawasan Pulau Bai dan Pulau Tikus. Asisten I Pemerintah Kota Bengkulu Hilman Fuadi memastikan seluruh awak kapal saat ini dalam kondisi selamat dan sudah dievakuasi tim gabungan Basarnas, Polair Polda dan Tagana Kota Bengkulu.

"Semuanya dalam kondisi selamat," ujar Hilman.

Banjir Padang

Cuaca ekstrem juga menyebabkan banjir menggenangi sejumlah kawasan di Kota Padang, termasuk sejumlah sekolah. Hal itu memaksa proses belajar mengajar terhenti, seperti di Kampus II Universitas Bung Hatta di Air Pacah.

"Kita persilakan sekolah-sekolah di Padang yang tidak memungkinkan untuk menggelar proses belajar mengajar meliburkan siswa," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Habibul Fuadi pada Liputan6.com, Selasa (22/3/2016).

Menurut Habibul, pihak sekolah tidak perlu menunggu instruksi Dinas Pendidikan untuk meliburkan siswa. "Karena kondisi banjir, tidak perlu tunggu instruksi ya," kata Habibul.

Secara terpisah, Rektor Universitas Bung Hatta Niki Lukviarman mengaku sengaja meliburkan aktivitas di Kampus Air Pacah. "Akses jalan ke sana terendam banjir, terpaksa kegiatan akademik diliburkan," dia beralasan.

Menurut Niki, aktivitas di dua kampus UBH lainnya, Jalan Gajah Mada dan Ulak Karang, tetap berjalan normal. Kondisi banjir di Air Pacah terlihat sulit untuk dilewati. Banjir terparah di Padang terjadi di Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah.

Sejauh ini, volume hujan terpantau cukup tinggi. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun BIM, curah hujan terbilang ekstrim. "Hujan diukur pukul 07.00 WIB di BIM, 370,3 mm, kategori sangat ekstrim," kata Kepala BMKG Stasiun BIM, Budi Iman Samiaji.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya