Akhir Riwayat Lokalisasi Tanjung Elmo di Sentani

Bupati Jayapura menyebutkan bekas Lokalisasi Tanjung Elmo di Sentani akan dijadikan tempat wisata dan pusat kuliner.

oleh Katharina Janur diperbarui 23 Mar 2016, 19:40 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2016, 19:40 WIB
Akhir Riwayat Lokalisasi Tanjung Elmo di Sentani
Bupati Jayapura menyebutkan bekas Lokalisasi Tanjung Elmo di Sentani akan dijadikan tempat wisata dan pusat kuliner. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Jayapura - Satu buah alat berat akhirnya meratakan 12 bangunan di areal bekas Lokalisasi Tanjung Elmo. Lokalisasi ini terletak di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.

Bangunan yang berdiri di atas lahan sekitar 7 hektare itu seharusnya diratakan seluruhnya. Namun, masih ada belasan bangunan yang belum diratakan dengan tanah karena bangunan tersebut masih menunggak pinjaman dengan sejumlah bank.

Lokalisasi Tanjung Elmo resmi ditutup pada 17 Agustus 2015 oleh Menteri Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan. Saat itu, sebanyak 135 pekerja seks komersial atau PSK dipulangkan ke tempat asalnya masing-masing.

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw menyebutkan bekas lokalisasi akan dijadikan tempat wisata dan pusat kuliner. Ia mengaku dalam eksekusi tersebut, dibutuhkan komunikasi yang panjang sejak awal 2015 lalu. Sejumlah tokoh masyarakat, adat dan perempuan terus dilibatkan dalam komunikasi ini.

"Beberapa kali kami melakukan komunikasi, hingga didapat pemahaman bahwa lokalisasi ini harus ditutup dan pelacuran harus dihentikan," ucap Mathius yang ditemui di sela eksekusi Lokalisasi Tanjung Elmo di Sentani, Rabu (23/3/2016).

Pemerintah Kabupaten Jayapura memberi ganti rugi kepemilikan tanah dan bangunan yang berdiri di atas tanah tersebut. Harga tanah Rp 500 ribu/meter bagi warga yang memiliki sertifikat. Sedangkan, uang senilai Rp 200 ribu per meter bagi warga yang tak memiliki sertifikat tanah. Sementara, ganti rugi bangunan dihargai Rp 50 ribu per meter.

Kondisi di lokalisasi di Sentani. (Liputan6.com/Katharina Janur)

"Segala penyelesaian tentang tanah dan bangunan sudah diselesaikan secara bersama-sama. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pemahaman tentang penutupan tempat ini," urai Mathius.

Lokalisasi Tanjung Elmo telah berdiri sejak 1978. Lokalisasi ini dihuni lebih dari 150 kepala keluarga. Ketua RW Tanjung Elmo, Hasan Aryanto atau biasa dipanggil dengan Thosan mengaku ada sekitar 37 wisma yang berdiri di Lokalisasi Tanjung Elmo.

"Tetap kami merasa sedih dengan eksekusi lahan ini. Bagaimanapun eksekusi lokalisasi ini positif. Saya yakin pemerintah tetap ingin memiliki ikon yang berwibawa, sebab sebelumnya ikon tentang Sentani hanya sebatas Lokalisasi Tanjung Elmo," ujar Thosan.

Protes PSK

Sebelumnya, aksi protes penutupan lokalisasi ini juga datang dari PSK yang sering mangkal di tempat itu. Lokalisasi yang terletak di Kampung Asei Kecil, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura ditutup berdasarkan Surat Edaran Keputusan Bupati Jayapura Nomor Peraturan Bupati 188-4/222 tahun 2015 tentang Larangan Melakukan Aktivitas Prostitusi yang ditandatangani Bupati Jayapura Mathius Awoitauw tertanggal 8 Juni 2015.

Aksi protes PSK Lokalisasi Tanjung Elmo di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Koordinator Kelompok Kerja Perempuan Berdaya, Filia Budi Utami menyebutkan kompensasi dari pemulangan PSK, per orang diberikan dana sebesar Rp 10 juta.

"Kami tak diberikan pelatihan atau bimbingan apa pun. Hanya diberikan uang Rp 10 juta dan kami harus meninggalkan tempat ini," urai Filia beberapa waktu lalu, saat ditemui di Tanjung Elmo.

Sejumlah PSK juga menyebutkan bahwa sejak berdirinya lokalisasi tersebut, tak ada peran pemerintah untuk kesehatan atau keamanan di lokasi ini. Untuk pemeriksaan kesehatan rutin saja, para PSK mendatangkan dokter dengan swadaya.

"Kami membayar jasa dokter itu masing-masing dengan dana pribadi," ungkap seorang PSK yang enggan disebutkan namanya.

Menjamurnya Panti Pijat

Penutupan Lokalisasi Tanjung Elmo yang dikenal dengan kawasan wajib kondom, justru membuat usaha panti pijat baru bermunculan. Sebut saja di daerah Waena, yang terletak di pinggiran Kota Jayapura. Di daerah itu, usaha panti pijat baru bahkan terlihat di tengah permukiman warga.

Pintu masuk Lokalisasi Tanjung Elmo di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Salah satu warga Jalan Belut, Waena, Mikael Arobaya menyebutkan usaha panti pijat baru di daerahnya dalam waktu 6 bulan terakhir ini hampir ada empat usaha baru. Dia tak pernah menyangka panti pijat ini akan beroperasi di permukiman warga.

"Kami masih membahas tindak lanjut maraknya usaha panti pijat di daerah ini. Pasti akan kami tertibkan. Apalagi setiap malamnya, ada saja orang mabuk yang keluar dari panti pijat ini sambil berteriak-teriak dan membuat onar kompleks," ungkap Mikael.

Tak hanya di Waena, di daerah Perumnas III Waena juga terlihat satu buah panti pijat baru yang beroperasi. Panti pijat ini terletak di pinggir jalan yang bersebelahan dengan SMA PGRI Waena.

"Kami sangat yakin, pekerja di dalam panti pijat ini adalah bekas PSK di Lokalisasi Tanjung Elmo yang ditutup beberapa waktu lalu," kata Petrus, pemuda setempat.

Ia berharap ada peran dari pihak kelurahan atau distrik untuk melihat lagi keberadaan usaha panti pijat baru yang melakukan operasinya di tengah-tengah warga.

"Kami minta (Lokalisasi Tanjung Elmo) ini segera ditutup. Kami tak pernah tahu, apakah ini panti pijat serius untuk pijat atau panti pijat dengan plus-plus dan ke arah prostitusi?" imbuh Petrus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya