Liputan6.com, Jambi - Senin 29 Maret 2016 kemarin menjadi hari yang tak pernah dilupakan Martadinata. Laki-laki 43 tahun, warga Desa Selampaung, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Jambi itu hampir saja kehilangan nyawa usai diterkam seekor harimau Sumatera di kebunnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com, Selasa 29 Maret 2016, sesaat sebelum kejadian, Martadinata yang sehari-hari bekerja sebagai petani tengah memanen dan mengupas kulit kayu manis di kebun miliknya itu. Siang itu sekitar pukul 14.00 WIB, seperti hari biasanya, lokasi kebun terlihat sepi.
Hanya suara angin dan cuitan burung-burung yang terdengar di desa yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) itu.
Baca Juga
Di tengah rimbunnya pohon kayu manis, Martadinata samar-samar melihat seekor hewan belang. Jaraknya hanya beberapa meter dari dirinya.
Dengan jelas ia melihat sang 'Raja Hutan' tengah mengintainya. Tak hanya satu, ternyata ada tiga ekor yang tengah berdiam di kebun miliknya. Seperti diceritakan kembali oleh Boris, seorang kerabat Martadinata.
"Korban sempat hendak lari, tapi keburu diterkam oleh seekor harimau. Jadi yang menyerang cuma satu ekor," ujar Boris saat dihubungi dari Jambi, Selasa (29/3/2016).
Menurut Boris, Martadinata mengalami luka gigitan di bagian paha. Namun dengan sekuat tenaga, korban berhasil melepaskan diri dari terkaman harimau tersebut.
"Setelah itu minta tolong warga dan langsung dibawa ke Puskesmas Gunung Raya. Lukanya sudah diobati dan dijahit," tutur dia.
Peristiwa itu dibenarkan Kepala Seksi Wilayah I Balai TNKS Agusman. "Benar, saat ini 4 orang petugas kita dan Polhut tengah mengecek lokasi di lapangan," ujar Agusman saat dihubungi Liputan6.com melalui pesan singkat.
Menurut dia, lokasi kejadian berada di daerah Masgo, Kabupaten Kerinci. Tidak jauh dari kawasan TNKS.
"Kalau jumlah harimau belum dipastikan ada berapa. Ini nanti nunggu hasil pengecekan di lapangan," imbuh Agusman.
Kawasan TNKS merupakan salah satu daerah habitat harimau Sumatera. Lokasinya yang membentang di bagian barat Provinsi Jambi ini banyak mengundang sejumlah peneliti.
Namun demikian, perambahan hutan hingga rencana pembukaan jalan yang membelah TNKS menjadi ancaman serius bagi populasi sejumlah satwa langka dan dilindungi di sana.
Advertisement