Tradisi Pernikahan Adat Palembang Kini Tinggal Sejarah

Masyarakat terdahulu mempercayai bahwa ‎prosesi pernikahan tidak boleh dilakukan di bulan Safar dan Hafid.

oleh Nefri Inge diperbarui 02 Apr 2016, 18:33 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2016, 18:33 WIB
Pengunjung mengamati dekorasi pernikahan adat Palembang dalam acara "Sriwijaya Heritage" di Ballroom Hotel Dharmawangsa, Jakarta. (Antara)

Liputan6.com, Palembang - Sebagai salah satu kota tertua di Indonesia, Palembang memiliki banyak tradisi daerah yang sangat khas. Namun sayangnya, banyak tradisi ‎yang turun-temurun digelar sudah hilang ditelan zaman. Bahkan, tradisi pernikahan adat Palembang kini sudah tidak digunakan lagi oleh warga Palembang.

"Banyak yang sudah hilang dan tidak digunakan. Tradisi pernikahan sekarang lebih praktis dengan bujet yang murah. Kalau mengikuti tradisi lama, bisa berminggu-minggu dengan biaya yang besar. Semakin besar, semakin terlihat tingkat kesejahteraan," ujar RM Ali Hanafiah, sejarawan Sumsel, kepada Liputan6.com, Sabtu (2/4/2016).

Beratib saman, nama tradisi pernikahan daerah ‎digelar dengan berbagai acara. Sebelum pernikahan, digelar  acara madik. Calon pengantin pria menunggu ngebet atau persetujuan dari calon pengantin wanita. Biasanya ngebet berlangsung selama 2-7 bulan.

Setelah setuju, calon pengantin pria memberikan cincin 1 suku dan sarung batik. Lalu ada proses berasan, yaitu proses menentukan apa saja mas kawin, adat, hari dan kapan mengantarkan seserahan tersebut. Tenda akad nikah juga dibuat dari bambu‎ oleh para warga.

Masyarakat terdahulu mempercayai bahwa ‎prosesi pernikahan tidak boleh dilakukan di bulan Safar dan Hafid. Bulan Safar sendiri dipercaya sebagai waktu panas dan hafid (sesudah syawal) juga akan membuat rezeki pengantin menjadi sempit. Sehingga mereka lebih memilih menggelar di waktu Rabiul Awal hingga Jumadil Akhir.

"Dulu akad nikah dilakukan di rumah mempelai laki-laki. Saat nikah, ada pendelegasian wanita ke rumah laki-laki. Calon mempelai wanita tidak ikut.

Sehari sebelumnya, penghulu dan saksi nikah menanyakan ke calon mempelai wanita, apakah setuju dipinang. Kalau diam, menandakan setuju. Kalau sekarang akad nikah langsung dari kantor Urusan Agama (KUA),‎" kata dia.

Saat akad nikah, ada acara munggah di rumah pengantin wanita. Kegiatannya seperti cacap-cacapan, keliling kamar dan keliling pasar. Ini ditujukan untuk simbol pengenalan keluarga baru ke masyarakat setempat.

Ada juga acara  upacara sirih penyapo, sirihnya diberikan mempelai wanita ke mempelai pria dari ketiak sebelah kiri ke belakang punggung mempelai pria. Kedua mempelai duduk di papan penyapah.

Lalu acara malamnya, yaitu mengantar bangkeng oleh keluarga pengantin pria. Bangkeng sendiri berisi satu perangkat pakaian pria ke wanita. Mempelai wanita juga menyediakan pemampang yang diantaranya berisi peci, jas, pakaian dalam pria dan handuk.

"‎Menjelang malam, pengantin pulang ke rumah pria dan mengikuti prosesi mandi simburan menjelang malam pertama pengantin. Malam harinya digelar zikiran di rumah pengantin pria," ucap Ali Hanafiah.

‎Kegiatan zikir digelar dari pukul 20.00 WIB hingga 00.00 WIB. Dalam acara zikir dilantunkan sebanyak 100 ‎kali zikir dengan 10 irama syahadat. Makanan yang disajikan yaitu kari kambing‎.

"Karena kegiatan zikir menguras tenaga ditambah makan kari kambing yang meningkatkan libido, jadinya orang dulu punya banyak anak," ucap Ali.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya