Liputan6.com, Surabaya - Sidang penganiayaan dan pembunuhan Salim Kancil kembali digelar di Ruang Chandra dan Cakra, Pengadilan Negeri Surabaya, Kamis, 14 April 2016. Pada sidang yang menghadirkan Kepala Desa Selok Awar Awar, Hariono, dan Mat Dasir itu terungkap firasat Salim Kancil sebelum kematiannya.
Firasat buruk Salim Kancil itu disampaikannya kepada Supiin, adik iparnya, semalam sebelum penganiayaan. Supiin juga mengatakan Salim Kancil menyebut dirinya akan dibunuh. Ucapan itu disampaikan ketika Salim Kancil datang ke rumahnya.
"Saya malamnya itu dihampiri sama Salim dan dia pesan anaknya. Nggak tahu kenapa tiba-tiba ngomong mau dibunuh itu," ucap Supiin yang hadir sebagai saksi dalam persidangan itu.
Firasat Salim Kancil terbukti. Keesokan harinya, ia melihat Salim Kancil dengan tangan terikat dibonceng seseorang yang tak dikenalnya di atas motor. Kondisi aktivis lingkungan itu sudah lebam-lebam seperti habis dipukuli.
"Jangan disiksa di sini tapi di balai desa saja," kata Supiin mengutip ocehan Mat Dasir kala itu.
Pengakuan Supiin senada dengan Khasidah, saksi persidangan yang berprofesi sebagai guru TK. Khasidah mengaku menyaksikan Salim Kancil sudah bersimbah darah saat penganiayaan terjadi di dekat sekolah tempatnya mengajar.
Baca Juga
"Saya lihat dia sudah tengkurep. Sebelumnya, saya sempat lihat memang ada yang membonceng pria itu (Salim Kancil) dan diiket tangannya," ujar Khasidah kepada Majelis Hakim.
Menanggapi pengakuan itu, Mat Dasir berkelit dengan mengaku tidak tahu. Ia justru menyebut Salim Kancil dan Tosan adalah penambang.
Ia mengungkapkan yang dilakukannya pada hari itu hanya menyuruh bekerja bakti. Ia juga mengaku sempat meminjam uang kepada Harmoko sebesar Rp 3,3 juta untuk membiayai keberangkatan 50 orang demi ritual meminta keselamatan pada seorang kyai di Probolinggo.
"Saya minta keselamatan karena besok pagi akan ada kerja bakti di kampung," ucap Mat Dasir kepada Majelis Hakim.
Saat penyelenggaraan ritual itu, Mat Dasir mengaku disuruh makan telur ayam dan pisang emas. "Ya biar kuat kata kyai itu, kami dan lima puluh orang itu disuruh makan telur ayam dan pisang emas," kata Mat Dasir.
Mat Dasir juga menyampaikan dia yang memerintahkan Hariono untuk mengajak Salim Kancil ke Balai Desa. Alasannya lagi-lagi ada kegiatan kerja bakti. Perintah itu diikuti Hariono.
Namun, pengakuan itu dibantah oleh enam terdakwa lainnya, Widiyanto, Hendrik, Sukit, Nuriyanto, Farid dan Tinarlap. Keenam terdakwa mengaku jika mereka diutus Mat Dasir untuk menghajar Salim Kancil.
"Pak Mat Dasir yang menyuruh untuk menghajar Salim Kancil," kata Widiyanto dalam sidang.