Pembantai Salim Kancil Disebut Punya Ilmu Kebal

Para pembantai Salim Kancil membekali diri dengan ilmu kebal yang didapat dari seorang guru di Probolinggo, Jawa Timur.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 31 Mar 2016, 19:07 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2016, 19:07 WIB
Media Sosial Ramai Bahas Pembunuhan Aktifis Salim Kancil
Media sosial Indonesia sedang dikejutkan dengan tewasnya aktifis Salim Kancil, penolak tambang asal Lumajang, Jawa Timur yang mengenaskan

Liputan6.com, Surabaya - Sidang penganiayaan dan pembunuhan Salim Kancil memasuki persidangan ke-7 pada hari ini. Sidang tersebut masih mengagendakan pemeriksaan saksi.

Sidang lanjutan yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya itu digelar di dua tempat berbeda, terdiri atas dua terdakwa di Ruang Candra dan empat terdakwa di Ruang Cakra.

Sidang pembantaian aktivis tambang pasir ilegal di Lumajang itu mengungkapkan sejumlah fakta baru persidangan. Yang paling menyedot perhatian adalah para pembantai Salim Kancil membekali diri dengan ilmu kebal yang didapat dari seorang guru di Probolinggo, Jawa Timur.

Jaksa Penuntut Umum (JPU), Heri Santoso mengatakan berguru ilmu kebal itu terjadi sebelum kejadian.

"Sekitar tanggal 25 mereka ke Probolinggo. Yang mengajak adalah Mat Dasir. Dengan alasan mencari keselamatan," kata Heri kepada Liputan6.com melalui pesan singkatnya, Kamis (31/3/2016).

Heri menuturkan setidaknya ada 60 orang dari Lumajang yang ikut berguru kepada Bindere Nang dan Bindere Han. Dari 60 orang itu, tidak semua ikut menyerang Salim Kancil dan Tosan.

"Hampir semua pelaku berguru ilmu kebal ke Probolinggo. Tapi tidak semua jadi pelaku pembantaian Salim Kancil dan Tosan. Saat ini, para pelaku menjalani persidangan," tutur Heri.

Sementara itu, Ketua Tim 12 yang juga Ketua LMDH Desa Selok Awar-awar Lumajang, Mat Dasir mengakui ia mengajak rekan-rekannya untuk datang ke Bindere Han dan Bindere Nang. Hal itu dilakukan setelah mendapatkan info Salim Kancil dan Tosan akan berdemonstrasi dengan mengajak orang-orang dari desa lain.

"Karena takut terjadi apa-apa, maka saya mengajak rekannya ke Bindere untuk mecari keselamatan atau membekali diri ilmu kebal untuk berjaga-jaga saat terjadi bentrok," ujar Mat Dasir.

Kasus Salim Kancil bermula saat ia dan rekan-rekannya, termasuk Tosan, menolak penambangan pasir pantai di Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian, Lumajang. Salim Kancil harus meregang nyawa secara tragis akibat dikeroyok sekelompok orang yang diduga pro-tambang.

Anggota Tim Investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya Fatkhul Khoir menyatakan, kematian Salim sangat tidak wajar. Diduga, Salim Kancil tewas setelah digergaji lehernya dan dianiaya 40 orang.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya