Liputan6.com, Lebak - Tan Malaka yang dikenal sebagai tokoh kiri dalam masa perjuangan kemerdekaan rupanya begitu dihargai masyarakat Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Hal itu terlihat dari rencana pemerintah daerah Lebak untuk memperbaiki bangunan Tugu Tan Malaka.
"Memang kita sudah punya rencana mau merehabnya," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Lebak, Dede Jaelani, yang ditemui usai menghadiri acara Seba Baduy di Pendopo Lama Gubernur Banten, Kota Serang, Sabtu malam, 14 Mei 2016.
Menurut budayawan sekaligus anggota Kenadziran Kesultanan Banten, Tb Saptani Suria, Tugu Tan Malaka dibangun Iljas Husein sebagai bentuk penghargaan perjuangan romusha, sebutan pekerja paksa zaman pendudukan Jepang, yang tewas ketika membangun rel kereta api.
Tan Malaka disebut pernah tinggal di Bayah, Kabupaten Lebak, dengan menyamar sebagai Iljas Husein. "Seinget gue mah, gelar pahlawan sudah diberi untuk Tan Malaka atas SK Bung Karno sebagai presiden dengan No 53 Tahun 1963," kata Saptani, saat dihubungi melalui telepon seluler, Minggu, 15 Mei 2016.
Baca Juga
Tugu Tan Malaka setinggi tiga meter dibangun pada 1946 guna mengenang keberadaan salah satu tokoh kiri yang mencuatkan nama Republik Indonesia pertama kali. Nama itu kemudian dipakai Bung Karno untuk menamai bangsa ini.
Tugu Romusha Tan Malaka yang berbentuk limas segi empat tersebut juga dibangun untuk mengenang 93 ribu warga pribumi yang tewas menjadi romusha dan dipaksa membangun jalur kereta api Saketi-Bayah sejauh 90 kilometer pada zaman pendudukan Jepang. Jalur itu untuk memperlancar upaya eksploitasi batubara.
Bangunan tugu tersebut berlokasi di dekat SMP Negeri 1 Bayah, Jalan Ciwaru-Bayah, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, itu sekarang dibiarkan tak terurus. Catnya sudah mengelupas dan keramiknya sudah usang.
Sementara peninggalan jalur kereta, stasiun, ataupun tempat parkir lokomotif yang berlokasi di Pantai Manuk tak tersisa lagi. Bekas stasiun hanya meninggalkan pondasi yang dipenuhi rumput dan tanaman liar.