Liputan6.com, Batu - Harga bahan baku susu di Jawa Timur, terutama di Kota Batu, turun dan menjadi relatif murah. Kondisi ini membuat Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menggelar inspeksi mendadak di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengatakan, pihaknya mendapat informasi adanya harga susu segar mencapai Rp 4.500 sampai Rp 4.700 per liter.
"Kenapa ini terjadi kerendahan harga, padahal berdasarkan, data statis Indonesia itu Indonesia membutuhkan kurang lebih sekitar 3,78 juta liter susu segar untuk bahan baku industri," ucap Syarkawi di Kota Batu, Sabtu 4 Juni 2016.
"Sedangkan produksinya hanya 800.000 artinya kebutuhan impor kita (Indonesia) besar," Syarkawi menambahkan.
Sementara produksi dari peternak lokal yang terjadi justru tidak berkembang. 'Inilah salah satu indikator apa yang KPPU duga adalah harganya sangat murah karena tidak adanya insentif bagi peternak untuk melanjutkan usaha ternak sapi perah," ujar dia.
Sebab, menurut Syarkawi, berdasarkan kajian ekonomi satu-satunya insentif yang menarik adalah melalui mekanisme harga.
Baca Juga
Selain itu, KPPU menduga memasok susunya hanya ke dua perusahaan besar yang ada di sekitar Jawa Timur.
"Rantai pemasoknya memang lumayan panjang, ini dari peternak lalu ke koperasi lalu ke koperasi induk lagi baru masuk ke perusahaan pengelola susu terkait itu," tutur Syarkawi.
Ke depan, KPPU juga akan berusaha melihat perkembangan, karena pembelinya hanya ada dua yang besar.
"Alternatifnya kurang. Potensi terjadinya penyalahgunaan posisi dominan di pasar itu bisa saja terjadi," kata Syarkawi.
Advertisement
Sapi Perah Dianggap Tak Menguntungkan
Ia menjelaskan, indikasinya yang paling kuat adalah harga susu yang sangat rendah. Sementara masih berdasarkan data di Jawa Timur disebutkan ada 560 ribu sapi perah yang ada dan itu menyusut dalam waktu dua tahun jadi 440 ribu karena dijadikan sapi pedaging karena melanjutkan sapi perah tidak menguntungkan.
"Kita (KPPU) akan lakukan penelitian lanjutan," Syarkawi menambahkan.
Selain itu, lanjut Syarkawi, adanya penyalahgunaan posisi tawar dalam kemitraan antara peternak dan koperasi serta koperasi induk. Untuk itu, KPPU juga akan melakukan penyelidikan.
Ditanya bagaimana dengan memutus rantai yang terjadi harusnya bisa langsung dilakukan dengan pembinaan antara industrinya.
"Yang kita (KPPU) lakukan adalah melaporkan pada Kementerian Perdagangan dan Industri tentunya agar peternak ini bisa langsung," sebut dia.
Senada dengan Syarkawi, Munir selaku Ketua Koperasi Margo Makmur Mandiri mengatakan produksi per hari susu segar 2.000 liter dengan populasi sapi sekitar 500 ekor.
Ia mengatakan, harga susu yang diambil dari peternak Rp 4.500 hingga Rp 4.700, sebenarnya tidak ada target tertentu dan kami harap bisa harganya melebihi batas tersebut.
Saat ditanya apa kendala yang terjadi? Munir menjelaskan peternak dapat harga tersebut sudah bagus. "Karena sebelum memelihara sapi tentunya menyiapkan pakan juga kebutuhan konsentrat dan itu didukung dengan Perhutani," jelas Munir.
Sekadar informasi, peternakan sapi perah di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, sudah menjadi mata pencaharian pokok warga setempat.
"Alhamdulillah kita ini sebenarnya peningkatan kesejahteraan sudah ada, karena sebelumnya kami di sini masih buruh tani," ujar Munir yang memelihara 20 ekor sapi perah ini.
Pemelihara sapi lainnya, Rukanah, menuturkan harga susu semestinya di atas harga air mineral.
"Kalau bisa harga per liter jangan di bawah harga air mineral, kan susu segar itu sangat menyehatkan," ucap dia kepada Liputan6.com.
Padahal, menurut Rukanah, harga air mineral itu hanya Rp 4.500 per liter. Ia pun berharap harga susu sapi perah bisa di atas Rp 5.000.