Liputan6.com, Surabaya - Lantunan ayat suci Alquran lamat-lamat terdengar dari perkampungan padat penduduk di Jalan Peneleh Gang V, Surabaya, Jawa Timur. Asalnya dari ruang utama ujung sebelah barat Masjid Jami Peneleh.
Pada bangunan itu tersimpan jejak peninggalan Sunan Ampel atau Raden Rahmat, salah satu Wali Songo. Kabarnya, Raja Majapahit terakhir, yakni Brawijaya V, yang memberikan tanah tersebut kepada Sunan Ampel sebagai hadiah karena menumpas serangan tentara Tartar atau Mongol.
"Bangunan tempat ibadah agama Islam ini didirikan oleh Raden Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel di abad ke 18 sekitar, 1430 Masehi. Cikal-bakal bangunan ini adalah dari mendapatkan tanah perdikan dari Raja Majapahit Brawijaya lima," tutur Ketua Takmir Masjid Peneleh Mohammad Sufyan saat ditemui Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
‎‎
Saat diutus Raja Brawijaya V untuk membuka lahan perdikan (otonom) itu, Raden Rahmat berangkat dari Trowulan menyusuri Sungai Brantas menuju Ujung Galuh (Surabaya). Dalam perjalanan itu, dia berhenti di Sungai Kalimas.
Baca Juga
Sungai yang saat ini membelah Surabaya itu hanya berjarak 50 meter dari Masjid peneleh. Menurut Sufyan, peneleh merupakan asal kata dari pinilih atau terpilih.
Advertisement
"Yang artinya tempatnya orang-orang yang terpilih pada zaman itu. Tentunya saat berhenti di Peneleh sangat beralasan sekali, karena di daerah Peneleh saat itu terdapat komunitas Muslim yang sangat terpinggirkan," ujar dia.
‎
"Saat itu di mana warga sekitar sini dulunya adalah juga kaum abangan yang memang banyak penjudi dan penganut kepercayaan animisme serta doyan dengan namanya sabung ayam," tutur Sufyan.
Perahu Terbalik
Melihat kondisi masyarakat peneleh itu, Sunan Ampel memutuskan untuk mendirikan masjid. Tujuannya agar bisa merangkul mereka ke jalan yang lebih baik.
"Memang sejak kedatangan Raden Rahmatullah di sini, dia selalu melihat situasi di Peneleh sini hingga akhirnya menetap di sekitar Peneleh sekaligus mensyiarkan ketauhidan ajaran Allah," kata dia.
Cara Raden Rahmat merangkul masyarakat setempat pun cukup unik. Konon, dia memiliki ayam jago yang selalu menang setiap kali diadu. Saat itu banyak yang bertanya mengapa ayamnya selalu menang.
‎
"Nah, saat itu dijawab oleh Raden Rahmatullah, itu semua karena karomah yang diberikan Allah. Asal kita menjalankan perintah dan meninggalkan larangannya," ujar Sufyan menuturkan cerita yang didapatnya dari kyai dan pinisepuh sebelumnya.‎
‎
Kemudian, setiap hari masyarakat terus mengikuti dirinya. Seiring berjalannya waktu juga diajarkan tentang keimanan dan tata cara beribadah yang benar. Di tempat itu pula didirikan langgar atau surau untuk tempat ibadah.
‎
Dia mengajarkan tata cara beribadah yang benar. Termasuk meninggalkan kebiasaan berjudi dan sabung ayam.
‎
Jika dilihat dari atas, Masjid Jami Peneleh ini mirip seperti perahu terbalik yang menghadap ke arah barat. Maknanya, mengajak masyarakat untuk beribadah (salat) ke arah kiblat (Mekah).
Advertisement