Gelang dari Yogya Mampu Lacak Lokasi Korban Pesawat Jatuh

Gelang dari UGM ini menggunakan perangkat GPS tracker atau sistem pemantauan jarak jauh yang menggunakan satelit GPS.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 21 Jun 2016, 05:07 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2016, 05:07 WIB
Inovasi UGM
Gelang dari UGM ini menggunakan perangkat GPS tracker atau sistem pemantauan jarak jauh yang menggunakan satelit GPS.

Liputan6.com, Yogyakarta - Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menciptakan sebuah alat berupa gelang pintar, Smart-Tech Bracelet. Gelang ini mampu melacak dan menandai lokasi keberadaan korban jatuhnya pesawat terbang.

Butuh empat bulan bagi para mahasiswa itu untuk menggarap Smart-Tech Bracelet. Kelima mahasiswa berprestasi itu, yakni Bruno Fandi Adi, Anindar Naufal Adila, Alwy Herfian Satriatama, Tri Yunianta, dan Nisa Amertha Edriyani.

"Gelang ini dinamakan gelang pintar karena Smart-Tech Bracelet mampu mengetahui kapan pesawat mengalami kecelakaan dengan memanfaatkan sensor keadaan luar dan memadukan jadwal penerbangan sehingga teraktivasi secara otomatis," ujar ketua tim, Bruno di Yogyakarta, Senin 20 Juni 2016.

Gelang pintar pendeteksi lokasi korban pesawat jatuh. (Switzy Sabandar/Liputan6.com)

Dia menjelaskan, gelang ini menggunakan perangkat GPS tracker atau sistem pemantauan jarak jauh yang menggunakan satelit GPS. Alat itu secara otomatis mengirimkan data lokasi kepada perangkat penerima jika pesawat jatuh dan secara bersamaan mengirimkan sinyal pinger. Gelang ini mampu mengirimkan sinyal yang lebih jauh dan menembus benda padat.

Dalam aplikasinya, kata dia, gelang Smart Tech dipakai oleh setiap penumpang ketika masuk kabin pesawat. Serupa dengan seat belt atau sabuk pengaman, gelang ini dipakai oleh penumpang selama perjalanan.

"Saat terjadi kecelakaan, gelang bisa bertahan 3 hari untuk terus mengirimkan sinyal," papar Bruno.

Menurut dia, Smart Tech Bracelet mampu membuat proses pencarian korban pesawat jatuh lebih efisien dari segi waktu dan sumber daya yang dikeluarkan.

Bruno menuturkan, investasi yang dilakukan maskapai penerbangan untuk menggunakan Smart Tech Bracelet cukup dilakukan di awal, yakni ketika membeli gelang sejumlah kapasitas penumpang pesawat. Karena dalam penggunaanya, gelang ini bisa digunakan berkali-kali.

Ia memperikirakan, biaya untuk memproduksi massal gelang ini kemungkinan jauh lebih murah ketimbang biaya penelitian yang mereka keluarkan, sebesar Rp 7 juta.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya