Semangat Hidup Warga Riau Dikepung Kebakaran Hutan dan Asap

Pascakebakaran hutan di wilayah Riau, warga mulai berpikir untuk mengembangkan produk pertanian.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 21 Jul 2016, 23:05 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 23:05 WIB
Kebakaran Hutan Riau
Watga bertahan kebakaran hutan Riau

Liputan6.com, Riau - Kebakaran lahan dan hutan pada 2015 lalu menyisakan pengalaman buruk bagi kebanyakan warga di Sumatera. Di antaranya adalah mereka yang berada di kawasan terdampak kebakaran di daerah Siak, Riau.

Keinginan untuk hidup lebih baik dan bersahabat dengan alam, secara perlahan mulai berusaha dijalankan warga di lokasi terdampak kebakaran itu.

"Saya pulang kampung ke Medan empat bulan waktu kebakaran besar tahun lalu. Sudah tidak tahu lagi apa yang mau dikerjakan waktu itu, sudah putus asa," tutur Jumiin di Desa Muara Bungkal, Siak, Riau, Minggu 18 Juli 2016.

Lelaki berusia 66 tahun itu sudah menetap di desa tersebut selama empat tahun. Dia mengaku sama seperti mayoritas warga lain di kawasan hutan dan lahan Riau, yang awalnya sangat bergantung pada hasil panen perkebunan.

Kelapa sawit pun saat itu menjadi komoditas utama warga untuk menopang biaya hidup. Namun, setelah kebakaran, tidak banyak perubahan yang berarti dengan perkebunan itu. Apalagi, kini mulai terasa keterbatasan lahan tanaman kelapa sawit dan karet di desanya.

Kepala Desa Muara Bungkal yakni Asril Amran mengatakan bencana kebakaran secara perlahan membuat warga di desanya mau berpikir untuk mengelola lahan lewat cara lain. Salah satunya adalah dengan bertani. Jumiin pun kini melakoni itu.

"Sejak lama sebagian warga memang mengandalkan sawit. Tapi kami sadar bahwa selain tidak berdampak baik pada lingkungan, hasil di dapat dari sawit juga tidak seberapa," kata Asril.

Dia melanjutkan, satu persatu dari warga desa yang berjumlah 218 kepala keluarga itu mulai beralih mengelola padi dan gabah, serta beberapa jenis tumbuhan hortikultura. Namun, Asril mengakui bahwa peralihan perkebunan kelapa sawit ke padi dan hortikultura bukan hal mudah. Sulitnya memperoleh bibit menjadi kendala utama mencapai niatan itu.

"Selama ini kami mengalami beberapa kendala dalam banyak hal. Mulai dari bibit hingga ketidaktahuan warga dalam melakukan penanaman," ujarnya.

Dia bersama warga pun tidak menyerah. Berbagai cara terus diupayakan warga untuk mencapai perubahan tersebut. Sampai pada akhirnya ada jalan, yakni melalui keikutsertaan desa dalam program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang diselenggarakan oleh Sinarmas.

Dengan mengikuti program tersebut, berbagai bantuan bagi Asril sangat terasa. Mulai dari pelatihan pengembangan lahan pertanian, hortikultura, pemberdayaan ekonomi, hingga  antisipasi penanggulangan kebakaran lahan dan hutan.

"Saat ini memang belum bisa dihitung keuntungannya dari segi materi bagi kami. Karena memang baru saja dimulai di sini akhir 2015 program ini. Tapi, kami optimis hasilnya akan baik. Dan selalu berusaha agar jumlah warga yang mau bergabung terus bertambah. Saat ini baru ada 29 orang," Asril menandaskan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya