Liputan6.com, Bandung - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung maupun Jawa Barat diimbau memberikan santunan kepada keluarga almarhum Tatang Wiganda (39), guru SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) Kota Bandung yang dikeroyok hingga meninggal dunia oleh tiga orang pada awal pekan ini.
Alasan dari pemberian santunan ini adalah terkait dengan status korban sebagai guru honorer yang tidak memperoleh pensiun. Menurut Ketua Forum Komunikasi Guru Honorer (FKGH) Kota Bandung Yanyan Herdiyan, pemerintah dalam hal ini Disdik dapat mengupayakan dana santunan bagi keluarga korban yang ditinggalkan.
"Tidak menutup kemungkinan, apabila pihak SMA YAS sendiri hendak membuka semacam dompet belasungkawa bagi keluarga korban. FKGH siap mendukung dan memfasilitasi," ucap Yanyan kepada Liputan6.com di Bandung, Rabu 24 Agustus 2016.
Advertisement
Baca Juga
Ia menjelaskan, pembunuhan terhadap guru olah raga tersebut menyisakan keprihatinan bagi organisasinya yang seluruhnya beranggotakan guru honorer, termasuk guru Tatang.
Selaku pribadi maupun sebagai Ketua FKGH, ia pun menyampaikan belasungkawa atas musibah tersebut. Sebab, tidak menutup kemungkinan kekerasan serupa akan menimpa guru
honorer lainnya.
"Semoga seluruh pelakunya dapat segera ditangkap dan dihukum dengan seadil-adilnya," kata Yanyan.
Guru Tak Lagi Dihargai
Dia mengatakan, kekerasan yang menyebabkan kematian seorang guru boleh jadi dipicu perubahan pola pikir masyarakat yang tidak lagi menghargai guru sebagai pendidik. Bahkan, saat ini, banyak orangtua siswa menganggap sekolah itu layaknya lembaga ekonomi.
Dia berkesimpulan, para orangtua siswa memandang hubungan yang terjalin antara siswa, orangtua dengan guru di sekolah tak lebih sebagai transaksi komersial.
"Padahal seharusnya hubungan yang terjadi harus sebagai pendidik dengan siswanya. Hubungan yang terakhir ini lebih menekankan kepada pembentukan karakter siswa ketimbang pemenuhan transfer ilmu pengetahuan semata," Yanyan menambahkan.
Namun, menurut Yanyan, untuk dapat menjalin hubungan sebagai pendidik dengan siswa ini mesti didukung oleh sikap orangtua. Mereka harus mempercayakan pendidikan sepenuhnya putra-putrinya di sekolah kepada guru-gurunya.