Seru, 10 Negara Meriahkan Festival Etnik di Purwakarta

Atraksi seni Indonesia digelar bersama kesenian negara-negara lain pada puncak hari jadi Purwakarta.

oleh Abramena diperbarui 28 Agu 2016, 14:22 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2016, 14:22 WIB
Karnaal Purwakarta
Karnaval budaya internasional di Purwakarta (Liputan6.com / Abramena)

Liputan6.com, Purwakarta - Puncak acara Hari Jadi Purwakarta ke-185 dan Kabupaten Purwakarta ke-48 digelar pada Sabtu malam, 27 Agustus 2016. Acara dengan tema ‘World Ethnic Festival’ berlangsung meriah dan menyedot jutaan pengunjung. Warga Purwakarta dan daerah lain tumpah ruah di jalanan Purwakarta.

Festival ini diisi oleh pawai etnik kebudayaan dengan mengambil start di Taman Pembaharuan, Jalan Veteran menuju Taman Pesanggarahan Padjadjaran di Jalan Mr Dr Kusumaatmadja Purwakarta.

Dalam pergelaran itu, kontingen dari 10 negara dari Amerika, Afrika, Eropa, Asia, dan Australia tampil sebagai perwakilan dan turut memeriahkan acara yang menjadi penutup seluruh kegiatan Hari Jadi Kabupaten Purwakarta.

Acara diawali dengan pawai yang dengan menggunakan kereta kencana Ki Jaga Rasa, dengan diiringi disajikan tarian etnik yang menceritakan tentang mata pencaharian orang Sunda yang berfokus pada sektor agraris. Selain tarian tersebut, tersaji juga tarian tentang Prabu Siliwangi.

Selanjutnya acara dipusatkan di Taman Pasanggrahan Padjajaran, dengan diisi beragam atraksi dan seni etnik. Delegasi Mesir menampilkan Kesenian ‘Tanoura’ tarian bernuansa sufi khas Timur Tengah yang kemudian diadopsi oleh Syaikh Jalaluddin Rumi menjadi Tarian ‘Sema’.

Delegasi Meksiko menghadirkan pertunjukan khas Suku Aztec yakni ‘Tlanextli Tlacopan Gorenka’. Sementara delegasi Selandia Baru membawakan sebuah tarian bernama ‘Pounamu’.

Delegasi dari Amerika Serikat pun nampaknya tidak ingin kalah unjuk gigi, mereka menampilkan tarian Suku Indian bernama ‘Houp’. Jepang tampil dengan seni ‘Nowadaiko’, sementara Rusia menampilkan tarian rakyat ‘Folk Dancing’. Semangat kebebasan anti politik ‘apartheid’ tercermin dari tarian yang dibawakan oleh delegasi Afrika Selatan.

Perwakilan Australia menghentak seluruh penonton yang hadir dengan ‘Aboriginial Dance’. Penonton pun dibuat berdecak kagum dengan penampilan dari Tiongkok  yang menghadirkan Kung Fu ‘Shaolin’. Sementara delegasi Indonesia tampil memukau dengan tarian ‘Jaipong’ yang dipadukan dalam balutan musik kontemporer.

Festival etnik internasional Purwakarta (Liputan6.com / Abramena)

Acara tersebut membuat para penonton kagum. Bahkan, mereka mengaku untuk bisa menyaksikan acara secara langsung sudah merencanakan jauh-jauh hari.

"Luar biasa sekali acaranya, kesenian dari Indonesia bisa satu panggung dengan kesenian-kesenian dunia. Saya kira ini positif untuk menunjukkan bahwa bangsa kita juga punya khazanah kebudayaan yang kuat," kata salah seorang pengunjung, Adi Agol Tumarima.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan bahwa manusia tidak pernah bisa dilepaskan dari unsur etnik. Karena unsur etnik manusia dapat bertahan hidup dan darinya terbangun nilai-nilai kebudayaan dan peradaban.

"Etnik itu identitas kemanusiaan, darinya manusia membangun kebudayaan dan peradaban. Sehingga sejatinya tanpa hal yang bersifat etnik, kita belum menjadi manusia seutuhnya," kata Dedi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya