Liputan6.com, Jakarta Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mendesak pemerintah Kota Yogyakarta untuk memetakan wilayah supaya dapat menentukan titik lokasi e-Warung lainnya. Pasalnya, baru satu e-Warong yang berdiri di Jogja, tepatnya di Bintaran Kidul, Wirogunan, Mergangsan. Sementara, idealnya ada 17 e-Warong di kota ini.
"Jumlah penerima raskin di Jogja tercatat 17.000 orang, seharusnya tiap 1.000 penerima ada satu e-Warong," ujar Khofifah di Yogyakarta, Jumat, 26 Agustus 2016.
Yogyakarta merupakan kota ke-14 tempat diluncurkannya e-Warong. e-Warong berasal dari kata elektronik warung gotong royong merupakan program pemerintah untuk mengintegrasikan bantuan nontunai.
Para penerima bantuan memperoleh kartu yang bisa digunakan untuk membeli sembako dan mencairkan uang tunai di ATM BNI atau agen-agen BNI. Komoditas yang saat ini tersedia antara lain, beras, minyak goreng, gas elpiji tiga kilogram, gula pasir, dan tepung terigu dan dijual dengan harga di bawah harga pasar.
Dirjen Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Andi ZA Dulung mengungkapkan kesulitan e-Warong di Jogja adalah lokasi yang terbatas. "Itu yang membuat e-Warong sulit ditemukan," tutur dia.
Padahal, kata dia, e-Warong dapat menggerakkan perekonomian masyarakat karena yang mengelola dan memanfaatkannya adalah masyarakat penerima bantuan.
Setelah ini, pemerintah melalui pemerintah kota akan membantu mencari lokasi baru untuk mendirikan warung elektronik yang didukung oleh Bulog ini. "Anggaran sudah ada, tinggal tempatnya," ucap Andi.
Baca Juga
Sampai dengan akhir tahun diproyeksikan ada 300 e-Warong di Indonesia dan target selanjutnya pada 2017 menjadi 3.000 e-Warong.
Komoditas Murah
Advertisement
Transaksi di e-Warong hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki kartu keluarga sejahtera (KKS). Kartu tersebut menjadi bentuk nontunai bantuan langsung pemerintah yang diberikan setiap bulan melalui rasda dan per tiga bulan untuk PKH.
Kartu yang berfungsi menyerupai kartu ATM itu dapat digunakan untuk membeli komoditas murah di e-Warong. Selain itu juga bisa digunakan untuk mencairkan uang tunai di ATM BNI.
Komoditas yang dibeli menggunakan kartu tersebut hanya tersedia di e-Warong dan tidak bisa dibeli di tempat umum. Kartu tersebut digesekkan ke sebuah mesin yang mampu membaca dan mengurangi nominal nilai rekening secara otomatis jika terjadi transaksi.
"Bantuan disalurkan melalui nontunai untuk mempermudah pengawasan dan saat ini sudah bekerja sama dengan perbankan," tutur Andi.
Ia menguraikan mekanisme bantuan yang diakses melalui e-Warong, mulai dari penerima bantuan diberi rekening, mereka memiliki e-wallet, dan apabila ingin menggunakan tinggal mendatangi e-Warong atau ATM. Persentase nominal bantuan yang bisa dicairkan adalah 70 persen, sisanya untuk berbelanja komoditas.
"Harga e-Warung terjangkau dan dijamin oleh Bulog," tutur dia.
Direktur Pengembangan Bisnis Bulog Imam Subowo menuturkan keberadaan e-Warong mirip dengan operasi pasar. Bedanya, operasi pasar ini dilakukan setiap hari.
"Tujuannya untuk stabilisasi harga," ucap Imam.
Selisih harga komoditas yang dijual di e-Warong lebih murah Rp 500 - Rp 3.000 ketimbang produk serupa di pasar. Beberapa komoditas yang tersedia, antara lain, beras Rp 7.900 per kilogram, sedangkan harga di pasar Rp 8.500 per kilogram, gula pasir Rp 13.000 per kilogram, lebih murah daripada harga pasar yang mencapai Rp 14.000 per kilogram.
Ada pula tepung terigu hanya Rp 7.500 per kilogram dari harga pasar mencapai Rp 8.000 - Rp 9.000. Minyak goreng dijual Rp 12.500 per liter dari harga pasar Rp 13.000, dan gas elpiji 3 kilogram hanya Rp 16.000 per tabung, lebih murah Rp 3.000 ketimbang harga di pasar.