Liputan6.com, Malang - Bencana banjir bandang di Garut, Jawa Barat, yang dipicu kerusakan lingkungan menuai keprihatinan dari banyak pihak, termasuk Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo. Terlebih, Jateng juga memiliki pengalaman bencana serupa, yakni di Banjarnegara, beberapa tahun lalu.
"Bencana di Banjarnegara disebabkan pohon ambrol, curah hujan tinggi dan kekuatan tanah yang rendah," kata Ganjar saat menghadiri Kongres Sungai Indonesia (KSI) II di Malang, Jawa Timur, Jumat (23/9/2016).
Belajar dari bencana di Banjarnegara itu, lanjut dia, kawasan rawan longsor yang memiliki tingkat kemiringan tertentu harus diperlakukan secara berbeda. Utamanya pada pola cocok tanam masyarakat sekitar tak boleh menebang pohon. Justru harus ditanami dengan pohon tegakan agar menambah kekuatan tanah.
"Kita harus mulai dengan tindakan kecil. Kawasan hulu harus kita pikirkan. Kita harus menanam dengan benar," Ganjar memaparkan.
Baca Juga
Ia juga memuji perilaku masyarakat di Yogyakarta yang tinggal di sepadan sungai. Mereka mau menarik rumahnya mundur dari sepadan dan menjadikan sungai sebagai wajah, bukan bagian belakang rumah. Warga memerlukan waktu 12 tahun untuk mengubah perilaku itu.
"Di Yogyakarta, pelajar didorong jadi orang tua asuh sungai. Mengawasi, mengajak untuk bersih-bersih sungai hingga akhirnya sungai bisa dipakai untuk mandi demi bumi lebih baik," Gubernur Jateng Ganjar Pranawa memungkasi.
Advertisement