Liputan6.com, Bandung - Gubernur Ahmad Heryawan atau Aher menyatakan Jawa Barat dalam keadaan Siaga Darurat Bencana Banjir dan Tanah Longsor pada 1 November 2016 hingga 29 Mei 2017.
"Provinsi Jawa Barat dalam keadaan siaga darurat bencana alam banjir dan tanah longsor, terhitung 1 November 2016 sampai dengan 29 Mei 2017," ucap Gubernur Aher di Bandung, Senin, 14 November 2016, seperti dilansir Antara.
Penetapan status itu tertuang dalam surat bernomor 360/284-BPBD dan ditandatangani pada 1 November 2016. Menurut Aher, penetapan status darurat ini berpengaruh pada kemudahan administrasi atau mekanisme penggunaan anggaran untuk penanggulangan bencana.
Status ditetapkan berdasarkan rapat koordinasi antara Pemprov Jabar dengan para pemangku kepentingan dan instansi terkait pada 4 September 2016, serta hasil evaluasi terhadap bencana alam banjir dan longsor yang terjadi di beberapa wilayah di Jabar.
Baca Juga
"Saya instruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jabar melaksanakan upaya-upaya kesiapsiagaan keadaan darurat, sehingga mampu meminimalkan potensi dampak bencana melalui penanganan yang bersifat cepat, tepat dan terpadu, seusai ketentuan peraturan perundangan," kata Aher.
Ia mengimbau para kepala daerah kota kabupaten se-Jabar untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan tindakan-tindakan preventif yang diperlukan.
"Kepada masyarakat saya berpesan untuk selalu berwaspada mengingat rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sampai bulan Mei 2017 curah hujan di berbagai daerah di Jabar cukup tinggi," ujar dia.
Tahun ini Pemprov Jabar telah mengeluarkan dua kali status Siaga Bencana Banjir dan Longsor. Periode pertama adalah awal tahun ini mulai 4 Januari 2016 hingga 4 April 2016.
Adapun Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Haryadi Wargadibrata mengatakan ada 15 daerah di Jawa Barat yang berpotensi menghadapi bencana banjir dan longsor.
Ancaman longsor, misalnya, sebagian besar di wilayah Jawa Barat bagian tengah dan selatan, sedangkan ancaman banjir di wilayah pantura. Ia mengklaim sudah mengetahui titik-titik rawan di daerah-daerah tersebut.
Advertisement
6 Ribu Warga Karawang Mengungsi
Sementara di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, banjir akibat luapan Sungai Citarum dan Cibeet, mengakibatkan ribuan warga harus meninggalkan rumah dan menempati sejumlah lokasi pengungsian.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karawang, banjir yang terjadi sejak Senin dini hari, 14 November 2016 itu, saat ini telah merendam ribuan rumah yang tersebar di sejumlah kecamatan.
Di antara daerah yang terkena banjir ialah Kecamatan Karawang Barat, Telukjambe Timur, dan Telukjambe Barat dengan ketinggian air mencapai 50 centimeter hingga satu meter.
Akibatnya, warga yang rumahnya terendam banjir mengungsi dengan menempati sejumlah fasilitas umum dan tempat ibadah hingga perkantoran pemerintah daerah, serta di tenda-tenda yang dibangun warga dengan alat seadanya.
Di Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, misalnya, terdapat 481 warga yang mengungsi di Kompleks Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat.
Tempat lainnya, sekitar 4.000 warga Perumahan Bintang Alam, Desa Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur yang menjadi korban banjir juga mengungsi. Selain mengungsi di posko bencana, warga korban banjir itu juga mengungsi ke rumah keluarga atau saudaranya yang tidak terkena banjir.
Di titik lain, yakni di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, sebanyak 1.666 warga korban banjir kembali rela mengungsi ke aula desa setempat. Sebab, rumah mereka terendam banjir hingga setinggi satu meter.
Korban Banjir Karawang Butuh Bantuan
Ketinggian banjir di Karawang hingga Senin malam, 14 November 2016, rata-rata masih di kisaran satu hingga dua meter. Namun di sejumlah wilayah, air mulai menyusut. Seperti di wilayah Desa Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat.
Warga korban banjir saat ini masih bertahan di sejumlah tempat yang dijadikan lokasi pengungsian. Mulai dari tempat ibadah seperti masjid hingga kantor milik pemerintah. Sebagian di antaran mereka mendirikan tenda di sepanjang jalan raya di wilayah itu.
Namun sebagian dari mereka harus rela tidur tanpa menggunakan alasa dan selimut. Bahkan hanya menggunakan pakaian yang melekat di badan.
"Saya sama keluarga enggak keburu mengamankan barang, termasuk pakaian dan selimut. Karena banjir sangat cepat naiknya dan tahunya sudah merendam rumah dan seluruh yang ada di rumah," kata salah seorang korban banjir, Supena.
Supena juga menyebutkan sampai saat ini, dia dan ratusan warga asal Kecamatan Karawang Barat, sama sekali belum tersentuh bantuan. "Kalau bantuan belum ada, termasuk dari Pemda Karawang. Kalau ada kami minta alas tidur, dan selimut. Kasihan anak-anak dan orang yang sudah tua," ujar Supena.
Selain itu, Supena dan warga korban banjir lainnya meminta dibuatkan posko dan dapur umum. Dengan demikian, mereka tidak lagi kesulitan untuk mendapat pasokan makanan.
"Kalau banjirnya sebentar tidak masalah, tapi kalau banjirnya lama surutnya mau bagaimana nasib kami ini," ia menambahkan.
Sementara, debit air di Sungai Citarum, yang menjadi penyebab banjir di Kabupaten Karawang hingga saat ini kondisinya masih tinggi. Luapan berpeluang lebih parah jika limpasan dari Waduk Juanda Jatiluhur terus terjadi disertai hujan dengan intensitas tinggi di daerah hulu seperti Purwakarta.
Hujan-hujanan, Ridwan Kamil Cari Apa?
Tak hanya Karawang, ibu kota Provinsi Jawa Barat dan sejumlah wilayah sekitarnya pun kerap diterjang banjir. Untuk itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sempat mengunjungi beberapa lokasi saat banjir menerjang Kota Bandung, Minggu siang, 13 November 2016.
Hujan-hujanan, Ridwan Kamil Cari Apa?
Bahkan orang nomor satu di Kota Bandung tersebut rela hujan-hujanan untuk mengetahui penyebab bencana tersebut. Pria yang akrab disapa Emil tersebut mendapat beberapa masalah serta solusi yang akan diterapkan oleh Pemerintah Kota Bandung.
"Kemarin saya hujan-hujanan mengecek dan itu akan saya perintahkan petugas gorong-gorong mulai sekarang kerjanya itu pas hujan-hujanan jangan pas kering. Supaya tahu yang ngocor ke jalan, di mana titik yang dibersihkan bukan pakai kira-kira," ucap Emil di Bandung, Senin, 14 November 2016.
"Dalam waktu jangka pendek, 1.500 pasukan ini akan saya kirim untuk-hujan hujanan untuk mengecek banjir cileuncang. Kita bagi dua, yang memang gara-gara air sungai meluap, kalau memang meluap ini susah diprediksi seperti di kereta api," tutur dia.
"Ini kan meluap dalam hitungan tahun tidak pernah terjadi dan memang BMKG mengatakan dan ada datanya pas 24 Oktober itu curah hujan memang tiga kali lipat dari normal," Wali Kota Bandung menambahkan.
Selain itu, Emil menemukan beberapa penyebab air hujan yang seharusnya mengalir di selokan meluap ke jalan.
"Nah, saya testing sendiri kemarin di Setiabudi ada cileuncang (banjir) ternyata ada dua titik satu di depan dealer yang gara-gara jalannya dibeton, air yang ujungnya tipis di sini melompat bikin banjir. Satu lagi di lahan pribadi," ia menjelaskan.
Menurut dia, salah satu solusi yang akan dilakukan yaitu pembongkaran bangunan di lokasi banjir seperti di daerah Pagarsih dan beberapa daerah lain masih dalam tahap pembahasan.
"Pembongkaran itu ditemukan fakta menurut peneliti ITB seperti di Pagarsih hanya dengan ada dua bangunan yang menghalangi air Pagarsih dan membuat air itu kembali ke Jalan Pagarsih," ia memaparkan.
"Maka dalam waktu dekat ini sudah diidentifikasi jalannya dan posisi bangunan itu akan kita bongkar. Sudah saya tugaskan Kecamatan, DBMP hari ini (Senin, 14 November 2016) ke lokasi kesiapan untuk membongkar. Jadi pembongkaran ini akan sangat besar," Wali Kota Bandung memungkasi.