Liputan6.com, Bengkulu - Hujan badai disertai pusaran angin puting beliung melanda Kota Bengkulu pada Kamis (24/11/2016) dinihari. Akibatnya, atap rumah dan sebagian dinding dari tujuh rumah warga RT 16 Sentiong, Kecamatan Sungai Serut, beterbangan ke udara.
Kondisi terparah menimpa rumah Napolion Asmir di wilayah Sentiong. Selain atap dan sebagian dinding rumah yang sudah bolong oleh pusaran angin, salah seorang putrinya bernama Eveline Dakosta (12) terkapar di lantai akibat terkena sambaran petir yang datang bersamaan dengan puting beliung.
Siswi SD Negeri 25 Kota Bengkulu itu kini tergolek di atas dipan karena belum mampu berdiri akibat sambaran petir subuh tadi. Dia juga tidak bisa masuk sekolah hari ini karena seragam sekolah beserta buku pelajaran dan sepatu sekolahnya basah oleh air.
Baca Juga
Menurut Napolion, ayah Evelin, sesaat setelah puting beliung menerbangkan atap rumahnya, air hujan yang sangat deras tidak terbendung memasuki rumah dan kamar tidur.
Evelin yang ketakutan lalu turun ke bawah dan melangkah di antara genangan air. Tiba-tiba, ada suara petir menggelegar dan percikannya menyambar kaki bocah ini hingga tumbang.
"Getaran setruman seperti tersengat listrih masih dia rasakan, untung saja luka bakarnya cuma sedikit. Tetapi, anak kami ini masih trauma," kata Napolion di Bengkulu, Kamis (24/11/2016).
Pusaran angin juga merusak rumah Abu Baida, Ernawati dan Anan Saputra yang bersebelahan dengan rumah Napolion Asmir. Satu lagi korban keganasan angin menimpa Baskoro, pemilik warung nasi di Jalan Sumatra dan Karsan (58), pemilik usaha meubel di RT IV Kelurahan Kampung Kelawi.
Decky Yuza, saksi mata di TKP mengatakan, pusaran angin berputar hingga mengangkat atap rumah warga. Bahkan, salah satu pelat seng rumah tersangkut di jalur listrik dan menimbulkan percikan api.
"Tidak lama pelat seng memercikkan api, listrik langsung padam," ujar Decky.
Korban Ernawati, warga Sentiong, mengaku ketakutan dengan suara deru angin yang mengangkat atap rumahnya. Saat kejadian, dia bersama anggota keluarga lain tengah berada di dalam kamar. Tiba-tiba, hujan lebat disertai petir datang bersamaan dengan pusaran angin puting beliung.
"Kami cuma bisa berdoa sambil berlindung di bawah kasur, setelah aman, kami baru keluar rumah meminta bantuan tetangga," kata Ermawati.