Liputan6.com, Liputan6.com, Bitung - Banjir bandang kembali melanda Kota Bitung, Sulawesi Utara. Lima dari delapan kecamatan yang ada, yakni Lembeh Utara, Lembeh Selatan, Aertembaga, Maesa dan Madidir, terdampak situasi ini. Banjir terjadi sejak Minggu pagi, 12 Februari 2017.
Kedatangan banjir dipicu intensitas hujan yang tinggi. Sejak sehari sebelumnya, hujan deras sudah mengguyur Kota Bitung. Akibatnya, sistem drainase yang belum pulih karena banjir dua pekan lalu, tak sanggup menampung volume air yang besar.
Hal ini diakui Pelaksana Harian Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bitung Franky Ladi. "Benar, hujan yang turun sejak hari Sabtu jadi penyebab," ucap dia seraya menyebut ketinggian banjir, yakni 60-80 cm.
Khusus untuk Kecamatan Aertembaga, banjir berasal dari perbukitan di Kelurahan Aertembaga Dua. Air yang deras mengalir ke daerah yang lebih rendah, yaitu Winenet, Pateten hingga Tandurusa.
"Makanya, hampir semua kelurahan di Aertembaga mengalami banjir. Curah hujan yang tinggi ditambah pasokan air dari arah perbukitan, membuat alur drainase tak berjalan baik. Air pun meluap dan masuk ke rumah-rumah penduduk," tutur dia.
Tak cuma banjir, hujan yang terjadi juga memicu bencana lain, yaitu tanah longsor. Tercatat ada lima kelurahan yang mengalami ini, dengan lokasi terbanyak di Kelurahan Batulubang, Lembeh Selatan.
Baca Juga
Adapun akibat bencana ini, sebanyak enam orang mengalami luka-luka. Lima di antaranya warga Kelurahan Winenet Satu, sedangkan satunya berasal dari Kelurahan Tandurusa. Enam orang ini sempat terjebak banjir, tapi berhasil diselamatkan tim SAR gabungan.
"Sekarang sudah di rumah sakit. Kondisi mereka mulai membaik setelah dirawat," kata Ladi yang memastikan tidak ada korban meninggal dunia.
Salah satu korban banjir di Kelurahan Winenet Satu, Sakinah Kakambong, berharap kondisi ini segera berakhir. Dia mengaku sangat terpukul dengan peristiwa ini.
"Saya dan keluarga sangat sedih dengan kejadian ini. Barang-barang kami, seperti televisi dan peralatan rumah tangga, hanyut terbawa banjir. Belum lagi dengan kondisi rumah yang penuh lumpur," tutur dia dengan nada lesu.
Meski demikian, Sakinah mengapresiasi kesigapan pemerintah. Penanganan yang cepat terhadap bencana membuat warga sangat terbantu, meski ia mengaku trauma dengan bencana banjir tersebut.
"Selain menyalurkan bantuan makanan, kami juga sudah disiapkan lokasi pengungsian. Jadi meskipun terbatas, untuk sementara kami bisa tenang dan tak khawatir dengan banjir," kata Sakinah.