Miskin Potensi Alam, Bagaimana Akrobat Palembang?

Walikota Palembang Harnojoyo, mengakui bahwa kota Palembang bukanlah penghasil SDA seperti di kabupaten besar lainnya di Sumsel

oleh Nefri Inge diperbarui 18 Feb 2017, 23:01 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2017, 23:01 WIB
Palembang
Palembang

Liputan6.com, Palembang Sebagai ibukota Sumatera Selatan (Sumsel), kota Palembang termasuk kawasan yang miskin akan sektor Sumber Daya Alam (SDA). Bahkan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2016 terbesar disumbangkan dari pajak bangunan dan industri lainnya.

Wali Kota Palembang Harnojoyo, mengakui bahwa kota Palembang bukanlah penghasil SDA seperti di kabupaten besar lainnya di Sumsel.

“Kita tidak mempunyai SDA batubara, kebun karet, Minyak dan Gas (Migas). Istilahnya, tidak ada yang bisa dijual,” ujarnya saat peluncuran Griya Kain Tuan Kentang di Kertapati, Jumat 17 Februari 2017.

Di tahun 2016 saja, PAD Kota Palembang sekitar 94 persen disumbangkan dari pajak restoran, pajak hotel, tempat rekreasi dan sejenisnya.

Sedangkan sisanya sebesar 6 persen, disumbangkan dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), bagi hasil dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel serta Pemerintah Pusat dan lainnya.

Untuk itu, pihaknya berusaha memaksimalkan sektor lain yang potensial, seperti tradisi dan kebudayaan, kuliner dan kerajinan yang mencirikan kota Palembang.

Sektor kearifan lokal inilah yang dibidik Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang untuk bisa meningkatkan pendapatan kota Palembang dan mendongkrak kesejahteraan masyarakatnya.

“Dari sektor pariwisata, ada banyak tujuannya, mulai dari wisata air, wisata belanja dan wisata kuliner, termasuk mempersiapkan jelang Asian Games 2018 mendatang,” ungkapnya.

Salah satu sektor pariwisata kearifan lokal adalah kerajinan kain tenun dan kain jumputan khas Palembang.

Dengan diresmikannya Griya Kain Tuan Kentang, Pemkot Palembang berharap bisa memberikan ruang kepada para pengrajin kain tenun untuk lebih mudah memasarkan produknya dan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi mengatakan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak harus berpatokan dari hasil SDA, namun bisa dikembangkan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masyarakat lokal.

Dari data secara nasional Tahun 2014, ada sekitar 57,9 Juta uni UMKM dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 107,7 Juta orang. Dimana, UMKM strategis dinilai Bank Indonesia dapat menyelamatkan dari keterpurukan perekonomian daerah.

“Kita mendukung wilayah Sumsel, jadi tidak hanya menunggu dari hasil karet, tapi bisa dari usaha ekonomi kreatif. Sehingga akan ada perekonomian yang tumbuh,” ungkapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya