Sosialisasi 4 Pilar, Anggota Komisi I Malah 'Diserang' Petani

Anggota Komisi I ini malah mendapat 'serangan' dari petani saat tengah reses dan berkunjung ke dapilnya.

oleh Felek Wahyu diperbarui 21 Feb 2017, 23:12 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2017, 23:12 WIB
Panen padi di Grobogan melimpah, namun petani meradang karena harga jual yang rendah.
Panen padi di Grobogan melimpah, namun petani meradang karena harga jual yang rendah. (Liputan6.com/Felek Wahyu).

Liputan6.com, Semarang - Kunjungan Anggota Komisi I DPR, Djoko Udjianto ke daerah pemilihannya di Jawa Tengah, Senin 20 Februari 2017 berjalan mengejutkan usai mendapat 'serangan' dari petani.

'Serangan' itu terjadi dalam kegiatan reses yang digelar di rumah kedelai Kota Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang tengah membahas tentang pentingnya empar Pilar Kebangsaan.

Serangan kepada Anggota DPR dari Dapil 3 Jawa Tengah itu berupa keluhan tentang harga jual padi yang terjun bebas di Grobogan. Seperti yang dikeluhkan Soetirto, perwakilan warga Kabupaten Grobogan.

Dia mengatakan harga gabah di masa panen musim tanam periode pertama saat ini dinilai sangat merugikan petani. Panen melimpah dengan gabah yang sangat baik, namun tak sebanding dengan harga jual gabah yang baik pula.

"Harga gabah terbaik saat ini sampai di bawah Rp 3.000 per kilogram. Padahal sebelumnya harga bisa mendekati Rp 4.000 per kilogram," ujar Soetirto.

Belum lagi, tambah dia, Kabupaten Grobogan sebagai salah satu penyangga padi di Jateng dan nasional, tapi oleh Bulog yang ditampung sangat sedikit.

"Jika kuota yang bisa diambil Bulog hanya sekitar tujuh persen saja tentu akan sangat jauh dari jumlah panenan yang ada. Padahal, Grobogan lumbung padi nasional," ujar Soetirto.

Mendapat serangan keluhan, Djoko memberi respons. Politikus Partai Demokrat itu mengaku memahami kondisi berat yang dirasakan petani. Permasalahan murahnya harga gabah menjadi keluhan peserta yang diterima.

"Tidak saja jumlahnya yang terbatas, namun nilai beli Bulog juga dirasa masih terlalu rendah," ungkap Djoko.

Perhitungan harga yang terlalu murah, tambah dia, dilihat dari kriteria yang dipatok. Misalnya, dengan persyaratan yang ditetapkan seperti kadar air, tingkat kekeringan gabah setelah dipenuhi, malah harga jualnya lebih rendah dari tengkulak sekalipun.

Di Jakarta, Djoko mengaku, selalu debatable mengenai harga gabah. Setiap informasi soal harga gabah, dia mengaku meneruskannya ke Kementerian Pertanian.

"Kondisi harga gabah yang masuk, saya sampaikan ke Departemen Pertanian," ungkapnya.

Kepala Bulog 104 Depok Grobogan, Zufron mengakui anjloknya harga jual gabah di Kabupaten Grobogan. Zulfron mengaku, pihaknya sudah membeli gabah dari petani. Namun, Zulfron tidak menyebutkan lokasi pembelian gabah dari lokasi panen petani.

"Bulog sudah dua pekan lalu turun melakukan pembelian gabah petani melalui Satker Pengadaan Bulog yang bekerja sama dengan Gapoktan dan telah menyerap gabah petani sebanyak 91 ton," ujar Zufron.

Zulfron mengakui, dalam membeli gabah dan beras, sampai akhir Februari 2017 ini Bulog masih mengacu pada Inpres Nomor 5 Tahun 2015. Gabah dengan kualitas kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen dihargai Rp 3.700 per kilogram atau Rp 3.750 per kilogram dengan pembelian dilakukan di penggilingan.

Sedangkan, harga gabah kering giling dengan kualitas kadar air minimal 14 persen dan kotoran maksimum 3 persen adalah Rp 4.600 per kilogram.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya