Falsafah Kuno di Balik 14 Batik Khas Pakualaman

Batik-batik ini merupakan hasil peninggalan leluhur zaman dahulu sejak Kerajaan Majapahit abad ke-12.

oleh Yanuar H diperbarui 12 Mar 2017, 08:02 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2017, 08:02 WIB
Batik Puro Pakualaman
Sebanyak 14 batik asli Puro Pakualaman dipamerkan di Gedung Danawara Ndalem, Puro Pakualaman, Kota Yogyakarta. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Sebanyak 14 batik asli Puro Pakualaman dipamerkan di Gedung Danawara Ndalem, Puro Pakualaman, Kota Yogyakarta, 9 hingga 11 Maret 2017. Belasan batik ini adalah karya GKBRAA Paku Alam X yang diambil dari serat kuno milik PA II hingga PA X.

R Bayu Hendarto selaku koordinator pameran mengatakan pameran batik, pameran lukisan terbaik dan mewarnai motif batik terbaik ini dalam rangka Hadeging Kadipaten Pakualaman Ngayogyakarta ke-211 tahun (Jawa).

Menurut dia, tidak semua batik khas Pakualaman dipajang dalam pameran ini. Hanya 14 motif khas Pakualaman yang dipamerkan dari beberapa serat atau naskah kuno milik Pakualaman.

"Dari serat itu dibuat ilustrasi jadi, bagian ide dibuat karya istri Pakualam X. Diambil dari serat kuno PA II, lalu dibuat ilustrasi, lalu jadi bagian ide karyanya sama Gusti Kanjeng," ucap Bayu, Jumat, 10 Maret 2017.

Serat-serat itu di antaranya Sestradi, Astrobroto, Condro Kinasih, Wukir Kusumo, Punjonggowati, dan Winoyo Kusumo.

Bayu mengungkapkan, pembuatan batik yang dipamerkan ini mencapai berbulan-bulan. Belasan batik tulis itu tidak ternilai harganya. Sebab, batik-batik ini merupakan hasil peninggalan leluhur zaman dahulu sejak Kerajaan Majapahit abad ke-12. Batik-batik ini bahkan menyimpan banyak nilai falsafah yang dapat dipelajari.

"Batik Sestradi itu gambaran kehidupan manusia, di mana kebaikan menjadi jalan utama manusia. Jadi Sestradi itu manusia harus punya ketetapan hati, harus mencintai lingkungan dan lain-lain," tutur dia.

Adapun Huniati, salah satu pengunjung pameran, mengaku senang datang ke acara ini. Sebab, ia bisa belajar dan mengetahui langsung batik khas Pakualaman yang diambil dari serat kuno.

Sebanyak 14 batik asli Puro Pakualaman dipamerkan di Gedung Danawara Ndalem, Puro Pakualaman, Kota Yogyakarta. (Liputan6.com/Yanuar H)

Dengan demikian, menurut dia, pameran tersebut merupakan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar tentang budayanya sendiri. Pameran ini sekaligus menjadi bukti kekayaan budaya yang ada di Indonesia yang tidak ternilai harganya.

"Melestarikan budaya di Yogya, terutama di lingkungan keraton. Ini unik sekali, bahannya katun nomor satu dan batik tulis. Ini langka di pasaran. Kalau ini dilestarikan, bisa meningkatkan budaya," ia memaparkan.

Huniati pun menaksir harga batik kuno tersebut di atas Rp 1 juta. Sebab, proses pembuatannya sangat lama, bentuknya juga rapi, dan motifnya sulit.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya