Perjuangan Siswa Berkebutuhan Khusus Jalani UN di Hari Pertama

Pelayanan ekstra diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus menjalani UN di hari pertama.

oleh Nefri Inge Dhimas Prasaja Yandhi Deslatama diperbarui 11 Apr 2017, 14:05 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2017, 14:05 WIB
Siswa Tunarungu di SLBN Pembina Palembang mengerjakan soal UN (Liputan6.com/Nefri Inge)
Siswa Tunarungu di SLBN Pembina Palembang mengerjakan soal UN (Liputan6.com/Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat yang digelar serempak se-Indonesia juga diikuti oleh siswa Sekolah Luar Biasa (SLB). Keterbatasan mereka itu tak menahan semangat untuk fokus mengisi soal-soal UN.

Di SLB Harapan Mandiri, UN diikuti oleh enam siswa tunagrahita. Didampingi dua orang pengawas antar-SLB, para siswa menjawab soal mata pelajaran agama dengan cepat.

Pengawas UN SLB Harapan Mandiri Hendra mengatakan, tidak ada kendala yang dihadapi para siswa saat menjawab soal. Bahkan, dari waktu ujian yang diberikan, para siswa menyelesaikan ujian lebih cepat.

"Batas waktu ujian sampai pukul 10.00 WIB, namun para siswa sudah menyelesaikan ujian 30 menit sebelum waktu habis," kata Hendra kepada Liputan6.com, Senin, 10 April 2017.

Lakoni, Kepala SLB Harapan Mandiri mengatakan soal ujian para siswa SLB Kelompok C ini dibuat oleh pihak sekolah. Para siswa diberikan soal dengan dengan jumlah 30 soal untuk Kelompok C1 dan 40 soal untuk Kelompok C.

"Kalau siswa SLB Kelompok C dan C1 tidak mengikuti UN. Tapi cukup dengan Ujian Sekolah (US) saja, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang terbatas," ujar dia.

Untuk membantu para siswa tunagrahita memahami sistem ujian, guru pengawas harus memberikan instruktur pengerjaan, seperti memulai membaca soal dan memilih jawaban.

Sama halnya di SLB Negeri Pembina Palembang, para siswa tunagrahita juga mengikuti ujian secara serempak. Ada 10 siswa tunagrahita dan tiga siswa tunarungu yang mengikuti ujian dua mata pelajaran di hari pertama.

Menurut Kepala SLBN Pembina Palembang Juminang, hanya siswa tunarungu yang mengikuti Ujian Nasional dengan kurikulum khusus.

"Siswa tunarungu hanya miskin bahasa saja, karena tidak bisa berbicara. Tapi, tingkat intelegensi mereka sama seperti siswa regular," ujar Juminang.

Karena keterbatasan komunikasi, penggunaan bahasa dalam pertanyaan UN siswa tunarungu lebih singkat dibandingkan soal siswa regular. Namun, sejauh ini para siswanya selalu lulus UN.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pendampingan Khusus di SMA Inklusi

Begini Suasana Uji Coba UN Berbasis Komputer di SMA 30
Seorang Pelajar melakukan uji coba Ujian Nasional berbasis Komputer, di SMA Negeri 30, Jakarta, Rabu (1/4/2015). Kemendikbud akan melakukan ujicoba ujian nasional (UN) online mulai pekan depan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Ada pemandangan menarik di hari pertama Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2017 di SMAN 10 Surabaya. Enam siswa di antaranya mendapatkan pendampingan khusus petugas pada Senin, 10 April 2017.
 
Menurut Wakil Kepala SMAN 10 Surabaya bidang kurikulum, Mohammad Sohibul Anwar, keenam siswa berkebutuhan khusus tersebut masing-masing adalah penyandang tuna netra, low vision dan autis. 
 
"Ada enam siswa yang tergolong berkebutuhan khusus atau inklusi. Mereka adalah siswa SMAN 10 Surabaya dan kelas 12 atau kelas 3 dan wajib mengikuti ujian nasional hari ini sampai empat hari ke depan," kata Sohibul.
 
Ia menambahkan, dalam kegiatan ini, mereka mengerjakan dengan komputer khusus yang telah dipasangi aplikasi-aplikasi tertentu, serta didampingi oleh guru khusus untuk mempermudah mengerjakan soal UNBK. Mereka bertugas untuk membacakan soal ujian.
 
"Kalau sehari-hari, mereka memang tidak selalu didampingi petugas atau guru khusus. Tetapi saat ujian nasional seperti sekarang ini, mereka perlu mendapatkan pendamping petugas khusus yang memberikan bantuan kepada siswa dalam pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer kali ini," tutur Sohibul. 

Sementara itu, siswa dengan berkebutuhan khusus low vision Lydia Diah Sari, mengaku sudah belajar untuk mengerjakan soal ujian Bahasa Indonesia. Ia menyatakan siap untuk mengikuti UNBK mulai hari pertama hingga akhir pelaksanaan yakni pada Kamis mendatang. 
 
"Belajar juga ikut try out, tapi memang saat ujian dibutuhkan petugas yang membantu membacakan soal-soal ujian. Kalau saya mengerjakan sendiri," ucap Lydia. 
 
Sesuai jadwal, UNBK 2017 digelar selama empat hari dengan mata pelajaran yang diujikan yakni Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan mata pelajaran peminatan.
 

43 Siswa Berkebutuhan Khusus Ikuti UN Di Banten

Pendampingan Khusus di SMA Inklusi
Enam siswa SMAN 10 Surabaya di antaranya mendapatkan pendampingan khusus petugas dalam UN pada Senin, 10 April 2017. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Sebanyak 43 siswa berkebutuhan khusus mengikuti Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNBKP) di 20 Sekolah Kebutuhan Khusus (SKK) di Kota Serang.

Dengan segala keterbatasannya, mereka semangat mengerjakan soal-soal ujian. Dari 43 siswa tersebut, dua di antaranya adalah tunarungu dan delapan lainnya mengalami tunagrahita.

"Untuk teknisnya, kita mendampingi mereka untuk mengerjakan soal. Namun untuk tuna rungu, tidak ada pendampingan, hanya yang berketerbelakangan mental saja," kata Rini Intani, pengawas pendidikan khusus dari Dinas Pendidikan (Dindik) Banten, Senin, 10 April 2017.

Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat bagi siswa berkebutuhan khusus itu menggunakan tingkat kesulitan berbeda dengan siswa normal lainnya. Ujian dimulai pada pukul 11.00 WIB.

"Saya kira mereka tetap semangat, dan harus tetap semangat," ujar dia.

Dindik Banten memiliki kebijakan khusus guna mendorong siswa berkebutuhan khusus tetap dapat menikmati pendidikan layaknya siswa normal lainnya.

"Dengan keterampilan yang unggul, siswa dari kalangan disabilitas akan sangat diperhitungkan. Di Banten, banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan, seperti membatik," kata Kepala Dindik Banten Engkos Kosasih.

Beberapa kebijakan Dindin Banten bagi siswa berkebutuhan khusus yakni, pembuatan kurikulum bermuatan lokal, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, mengembangkan keterampilan siswa, dan meningkatkan kualitas tenaga pengajar.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya