Ketatnya Persaingan Harga Gula di Pasar Tradisional Sumsel

Harga gula yang dipasok oleh perusahaan BUMN ternyata lebih mahal dibandingkan pemasok swasta ke pasar-pasar tradisional di Sumsel

oleh Nefri Inge diperbarui 12 Apr 2017, 22:00 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2017, 22:00 WIB
Irjen Kemendag Srie Agustina mengecek kualitas gula PT PPI Palembang (Liputan6.com/Nefri Inge)
Irjen Kemendag Srie Agustina mengecek kualitas gula PT PPI Palembang (Liputan6.com/Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang Gula pasokan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) regional Sumatera Selatan (Sumsel) ternyata sulit untuk bersaing di pasaran. Memasuki tahun 2017 ini, distribusi gula PT PPI ke pasar tradisional di Palembang menurun drastis.

Persaingan harga dengan distributor swasta membuat stok gula di gudang perusahaan pelat merah itu menumpuk. Hingga kini, ada sekitar 390 ton gula yang masih menumpuk di gudang.

“Seharusnya pasokan ini sudah habis di bulan Febuari kemarin. Harga kita kalah dengan harga pasar, jadi tidak bisa menjual dengan cepat,” ujar Kepala Gudang PT PPI Palembang Sukardi kepada Liputan6.com, saat ditemui di Gudang PT PPI Palembang, Rabu (12/4/2017).

Dia menyebutkan harga gula retail di pasaran mencapai harga Rp 11.200 per kg, sedangkan harga gula PT PPI masih di angka Rp 11.700 per kg. 

Setiap harinya, sekitar 5-10 sak yang didistribusi ke pasar-pasar tradisional di Palembang. Pembeli gula PT PPI itu juga merupakan toko sembako mikro, sedangkan toko sembako makro enggan membeli karena harga yang tinggi.

Jumlah penjualannya juga jauh berkurang dibandingkan tahun kemarin yang bisa mencapai 10 ton per hari. Untuk tahun ini, pasokan gula dikirim dari Lamongan, Jawa Timur (Jatim).

“Kalau kita tidak mengantar ke toko, kemungkinan sulit juga untuk keluar barangnya. Bahkan pernah dalam sehari tidak ada gula yang terjual,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Manager Komersial PT PPI Sumsel, Asner. Kondisi ini terjadi di seluruh gudang di Sumsel. Biasanya, PT PPI Sumsel bisa menjual lebih dari 500 ton per bulannya. Namun tahun ini penjualannya menurun drastis.

Padahal harga gula PT PPI sudah menurun dari beberapa bulan terakhir. Di Bulan Januari dan Febuari harga gula PT PPI masih di angka Rp 12.000 per kg, Bulan Maret menurun sebesar Rp 11.900 per kg dan April ini sudah Rp 11.700 per kg.

“Kita mengikuti harga dari pusat saja. Jika harga melonjak naik, kita bisa langsung men-stabilkan harga dengan stok gula yang tersedia di sini. Harga jual ke konsumen masih Rp 12.500 per kg,” katanya.

 Pantau Harga Pasar

Pantauan harga cabai di Pasar Tradisional Soak Batu 26 Ilir Palembang (Liputan6.com/Nefri Inge)
Pantauan harga cabai di Pasar Tradisional Soak Batu 26 Ilir Palembang (Liputan6.com/Nefri Inge)

Menanggapi perbedaan harga gula di pasaran, Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan Srie Agustina mengatakan harus ada strategi khusus untuk menstabilkan harga.

Ini menjadi tugas Kepala Dinas Perdagangan Sumsel untuk mengecek harga di tiap distributor gula di Sumsel. Salah satunya dengan mengundang para distributor dan agen gula di Sumsel, seperti Bulog dan PT PPI untuk rapat bersama.

“Bulog saja harganya Rp 11.800 per kg, lebih mahal dari PT PPI. Ini juga yang harus dibicarakan antara kedua pihak,” katanya.

Menurutnya, jika ada harga gula di pasar yang lebih murah, Bulog dan PT PPI bisa menghitung apakah harganya bisa diturunkan. Kalau harga sulit bersaing, bisa jadi pasokan saat harga naik.

Sementara itu, pasokan gula dari Bulog sebanyak 4.000 Ton dan PT PPI 397 Ton dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Sumsel.

“Di Sumsel ini kebutuhan gula mencapai 1.000 Ton per bulan. Pasokan Bulog dan PT PPI sudah cukup untuk tiga bulan kedepan,” ujarnya.

Berdasarkan hasil pantauan di Pasar Tradisional Soak Batu 26 Ilir Palembang dan Pasar Tradisional Kilometer 5 Palembang, pasokan harga bahan pokok lainnya masih dalam batas stabil.

Beberapa harga bahan pokok yang dipantau seperti harga Daging Sapi segar Rp 130.000 per kg, Cabe Merah Rp 28.000 per Kg, Ayam Rp 28.00 per Kg, Bawang Merah Rp 34.000 per Kg, Minyak Goreng Rp 12.000 per kg dan beras mulai dari Rp 10.000 per kg.

Beberapa faktor melonjaknya harga bahan pokok di pasaran, karena kondisi cuaca dan barang yang dipasok dari luar negeri. Untuk faktor cuaca, diakuinya memang sulit dihindarkan. Namun untuk meminimalisir ketergantungan bahan pokok impor, bisa disiasati dari pasokan dalam negeri.

"Seperti daging sapi, bisa dimaksimalkan pasokannya dari dalam negeri dulu. Namun juga tergantung dari berapa banyak kebutuhan masyarakat," ucapnya.

Abdul Roni, pedagang daging di Pasar Tradisional Soak Batu 26 Ilir Palembang mengatakan, harga daging sapi bisa melonjak hingga 10 kali lipat jika memasuki Bulan Ramadhan.

"Dua minggu lalu harga daging masih Rp 15.000 per kg, tapi sekarang saja sudah Rp 130.000 per kg," ujarnya.

Dari pengalaman beberapa tahun terakhir, harga daging sapi akan terus melonjak naik saat Bulan Ramadan dan jelang Idul Fitri. Harganya pun bisa melejit di angka Rp 180.000 per Kg hingga Rp 200.000 per kg.

Bahkan, dia hanya bisa mengantongi untung Rp 3.000 per kg hingga Rp 5.000 per kg disaat harga daging tinggi.  "Untungnya memang sedikit, tapi tidak apa-apa selagi penjualannya juga tinggi," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya