Siswi Madrasah Ibtidaiyah Diduga Jadi Korban Pencabulan Gurunya

Siswi Madrasah Ibtidaiyah itu juga mengaku dicabuli dua kakak kelasnya.

oleh Zainul Arifin diperbarui 15 Mei 2017, 07:05 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2017, 07:05 WIB
Siswi Madrasah Ibtidaiyah Diduga Jadi Korban Pencabulan Gurunya
Ilustrasi pencabulan.

Liputan6.com, Tulungagung - Seorang siswi di sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) -setara SD- di Tulungagung, Jawa Timur, diduga menjadi korban pencabulan gurunya. Korban kini dirawat intensif di RSUD Dr Iskak Tulungagung, selain itu juga mengalami trauma hebat akibat kejadian itu.

Aziz, salah seorang kerabat korban, mengatakan terungkapnya dugaan pencabulan itu bermula saat korban memilih pulang dari pondok pesantren sekaligus tempatnya sekolah pada Minggu, 7 Mei  2017.

"Sepulang dari pondok tempatnya belajar itu ada perubahan perilaku korban, tak mau keluar rumah. Padahal, dia itu dikenal periang, suka main ke rumah saudara," kata Aziz di Tulungagung, Minggu, 14 Mei 2017.

Pada Selasa, 9 Mei 2017, korban mengeluh kepada orangtuanya ada sakit di organ vitalnya. Pihak keluarga kemudian membawanya ke Puskesmas Kalidawir untuk berobat.

Korban kemudian dirujuk ke RSUD Dr Iskak lantaran ditemukan luka cukup serius di alat kemaluannya. Di rumah sakit, dokter terkejut saat menemukan sisa cairan sperma di dalam kemaluan korban serta ada infeksi.

"Dokternya menduga korban mendapat perlakuan cabul lebih dari satu kali. Dokter juga menyarankan agar lapor ke polisi," ujar Aziz.

Sepulang dari rumah sakit, keluarga bertanya ke korban atas peristiwa yang sudah dialaminya. Penuturan korban membuat keluarga geram lantaran mengaku dicabuli oleh U, seorang gurunya serta dua kakak kelasnya yaitu L dan C.

"Berdasarkan pengakuan itu dan hasil visum di rumah sakit, kami lapor ke polisi," kata Aziz.

KBO Satreskrim Polres Tulungagung, Iptu Herry Poerwanto mengatakan, kasus dugaan pencabulan itu dilaporkan pada Sabtu, 13 Mei 2017, dan dalam penanganan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Tulungagung.

"Sementara ini kami minta keterangan orangtua korban selaku pelapor. Kami juga mendampingi korban agar kondisi psikologisnya pulih," ucap Herry.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya