Bantuan Wali Kota untuk Pengidap Gangguan Jiwa yang Terpasung

Kondisi rumah reyot dan kamar tempat pemasungan Udin tak layak.

oleh Nefri Inge diperbarui 05 Jun 2017, 14:46 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2017, 14:46 WIB
Walikota Palembang melihat kondisi Udin, penderita gangguan jiwa yang terpasung (Liputan6.com / Nefri Inge)
Walikota Palembang melihat kondisi Udin, penderita gangguan jiwa yang terpasung (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Saparuddin (43) alias Udin, pengidap gangguan jiwa yang terpasung, akhirnya mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang.

Wali Kota Palembang Harnojoyo langsung mendatangi kediaman Udin di Jalan Ogan, Lorong Bersatu Nomor 2884 RT 37 Kelurahan Bukit Lama, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Harnojoyo melihat langsung kondisi Udin dengan keadaan kaki terpasung rantai besi.

Ketua DPC Palembang Partai Demokrat ini juga menyempatkan diri berbincang-bincang dengan ibu Udin, Mariam (67), yang menderita lumpuh. Kedatangan orang nomor satu di Palembang ini pun mendadak sontak membuat Mariam terharu dan meneteskan air mata.

“Dipasung sudah cukup lama, dulu sudah diobati. Saat pulang ke rumah sudah normal, namun (penyakitnya) terulang kembali. Kekhawatiran ini kesepakatan bersama dipasung,” ujarnya kepada Liputan6.com, seusai mengunjungi kediaman Udin, pada Senin pagi, 5 Juni 2017.

Harnojoyo berjanji akan membantu Udin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan (faskes) secara rutin di Puskesmas Padang Selasa dan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Ernaldi Bahar Palembang.

Menurut dia, kasus pemasungan ini seharusnya sudah tidak ada lagi. Pihaknya pun mendukung pembebasan pemasungan para pengidap gangguan jiwa. Salah satunya dengan menyiapkan pelayanan khusus bagi para Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

“Hari ini kita akan bawa ke rumah sakit, karena dia harus diobati, jangan didiamkan. Dia tadi sehat, tapi jiwanya yang terganggu. Masyarakat saling bahu-membahu, membantu,” ujarnya.

Selain memberikan pelayanan kesehatan, Wali Kota Palembang juga akan membantu membangun kamar khusus untuk Udin. Sehingga seiring dengan pengobatannya, Udin mendapat tempat yang layak dan tidak dipasung lagi.

Rumah yang reyot juga menjadi perhatian Harnojoyo. Pihaknya pun akan memasukkan nama Mariam sebagai penerima program Bedah Rumah Palembang.

Kondisi warganya yang terpasung ini pun baru diketahui Wali Kota Palembang pada Senin pagi. Dirinya melihat berita kasus pasung di www.liputan6.com , sehingga langsung memantau ke lokasi.

“Insyaallah nanti kita ikutkan bedah rumah. Ini jemput bola dan rutin setiap minggu diberi obat. Kita tidak bisa datangi satu persatu rumah untuk mengetahui (korban pasung). Ini saja dapat informasi dari media,” ungkapnya.

Mariam, ibu Udin, merasa sangat senang bisa dikunjungi oleh Wali Kota Palembang. Pihaknya berharap, dengan adanya perhatian ini bisa membantu pengobatan dan penyembuhan anaknya.

“Yang penting Udin sembuh, bisa hidup mandiri. Itu saja kita sudah senang," kataya.

Udin sudah terpasung sejak 2002 lalu. Pihak keluarga sempat melepaskan rantai besi di kakinya pada 2015 setelah berobat ke RSJ Ernaldi Bahar Palembang. Karena kembali mengamuk, akhirnya Udin terpaksa dipasung lagi.

Kontrol ke Rumah Sakit Jiwa

Dinkes Palembang membawa Udin ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Ernaldi Bahar Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)
Dinkes Palembang membawa Udin ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Ernaldi Bahar Palembang (Liputan6.com / Nefri Inge)

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang Fauziah mengatakan bahwa beberapa tahun lalu pihaknya sudah memberikan rujukan ke RSJ Ernaldi Bahar Palembang.

"Sudah 1,5 tahun lalu dirujuk ke RSJ Ernaldi Bahar Palembang. Hari ini akan kita bawa lagi, apakah akan ada penyesuaian dosis obat, nanti dikontrol langsung oleh dokter ahlinya," katanya.

Pihaknya juga menyediakan mobil ambulans dari Dinkes Palembang untuk membawa Udin dan keluarganya menuju ke RSJ Ernaldi Bahar.

Sebelumnya, tim Puskesmas Padang Selasa Palembang sudah rutin memberikan obat kepada Udin setiap dua minggu sekali. Terkadang, jumlah obatnya juga dilebihkan, untuk mengantisipasi kekurangan obat.

Menurut dia, kasus Udin sudah masuk dalam daftar pemasungan yang terjadi di Palembang. Dari data yang dikumpulkan, ada tujuh kasus pemasungan dilaporkan melalui puskesmas-puskesmas di Palembang.

“Kita juga butuh informasi masyarakat, karena yang dipasung kan tidak boleh lagi. Penyakit seperti ini memang harus rutin makan obat dan sabar mengontrolnya,” katanya.

Koordinator KPSI Sumsel Tiur mengatakan bahwa pihaknya merasa senang dengan adanya respons dari Pemkot Palembang.

Sejauh ini, pihaknya baru menemukan dua kasus pemasungan yang dilakukan oleh keluarga penderita gangguan jiwa.

“Mereka memilih pasung sebagai solusi dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Kita terus mensosialisasikan ke keluarga, bagaimana cara perawatan ODGJ yang benar,” katanya.

Hidayatullah, Ketua RT 37, mengatakan pihaknya selalu memantau perkembangan Udin. Terlebih ketersediaan obat-obatan yang diberikan oleh pihak Puskesmas Padang Selasa Palembang.

“Pernah obatnya habis lebih cepat, sedangkan dari puskesmas juga kehabisan, akhirnya Udin mengamuk. Siklus ketersediaan obat itu juga yang kami kontrol terus,” ujarnya.

Pihaknya juga mendapatkan edukasi tentang penanganan ODGJ dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Regional Sumsel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya