Sudah Coba Pakat, Makanan Berbuka Puasa Khas Anak Rantau?

Selain jadi menu buka puasa di bulan Ramadan ini, pakat juga sangat baik untuk menambah nafsu makan.

oleh Reza Efendi diperbarui 06 Jun 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2017, 20:00 WIB
Pakat, Makanan Berbuka Puasa di Medan
Selain jadi menu buka puasa di bulan Ramadan ini, pakat juga sangat baik untuk menambah nafsu makan. (Liputan6.com/Reza Efendi).

Liputan6.com, Medan - Pakat, salah satu makanan khas Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, selalu menjadi primadona warga perantauan di Kota Medan. Pakat semakin populer khususnya selama bulan suci Ramadan.

Makanan berupa pucuk muda dari tanaman rotan ini sangat nikmat jika disajikan dengan cara dibakar maupun direbus. Harganya dijual cukup murah, yaitu Rp 2.000 per meter.

Di Kota Medan, pakat sangat banyak dijual di beberapa kawasan saat bulan Ramadan. Sebut saja di Jalan Letda Sudjono, Jalan Gatot Subroto, dan Jalan Sisingamangaraja.

Seorang pedagang pakat di kawasan Jalan Letda Sudjono, Sunar Siregar mengatakan, ia mampu menjual pakat sebanyak 15.000 batang dalam setiap harinya di bulan Ramadan.

Tidak hanya masyarakat, pakat dagangan Sunar juga sering dipesan oleh sejumlah rumah makan khas Mandailing yang ada di Kota Medan.

"Kalau bahannya saya ambil dari luar Medan, di Langkapayung, di daerah Labuhan Batu Selatan. Tergantung permintaan, kalau Ramadan banyak, pasti laku," kata Sunar, Senin, 5 Juni 2017.

Selain jadi menu buka puasa di bulan Ramadan ini, pakat  juga sangat baik untuk menambah nafsu makan. (Liputan6.com/Reza Efendi).

Tidak hanya Sunar, pedagang pakat lainnya di Jalan Sisingamangaraja, Ramli Hasibuan, juga mengatakan hal sama. Menurut dia, pakat sangat baik untuk menambah nafsu makan.

"Ini (pakat) bagus untuk meningkatkan nafsu makan. Apalagi di bulan puasa. Rasanya sedikit pahit, kayak daun pepaya muda," ujar dia.

Seorang warga bernama Nofi Yulisman mengaku sering membeli pakat. Tidak banyak, dalam tiap harinya Nofi hanya membeli sekitar lima batang pakat. Namun itu sudah cukup untuk pelengkap menu berbuka puasa di rumahnya di bulan Ramadan ini.

"Kebetulan saya orang Mandailing. Dari dulu suka makan pakat, kalau istri di rumah orang Jawa, enggak suka, saya aja yang makan," ucap warga Jalan Sakti Lubis itu.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya