Senjakala Kerajinan Getah Nyatu Dayak

Dahulu sempat ada pameo belum ke tanah Dayak tanpa bawa kerajinan tangan getah nyatu.

oleh Rajana K diperbarui 15 Jun 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2017, 10:00 WIB
Kerajinan Khas Dayak dari Getah Nyatu
Kerajinan tangan khas Dayak ini mulai terlupakan seiring berjalannya waktu. (Liputan6.com/Rajana K).

Liputan6.com, Kapuas - Kerajinan tangan dari getah nyatu khas Suku Dayak ini menjadi sangat populer dan paling dicari sekitar 1980. Ada pameo, belum datang ke tanah Dayak kalau tak bawa kerajinan getah nyatu.

Tapi itu dulu. Kini semua berubah. Hasil kerajinan getah nyatu yang bisa berupa kapal, profil orang Dayak membawa mandau atau tempat menaruh pena itu mulai terlupakan seiring gerusan waktu.

Selain karena semakin sulitnya mendapat bahan baku yaitu getah dari pohon nyatu, generasi muda juga jadi salah satu faktor. Banyak generasi muda sudah tak meneruskan lagi tradisi membuat kerajinan tangan dari getah nyatu ini.

Akibatnya, ikon Dayak yang banyak dibuat di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah ini semakin sulit ditemukan di toko suvenir. Pembuat kerajinan ini bisa dihitung dengan jari. Di sisi lain, pemerintah daerah setempat kurang memberi perhatian sehingga kerajinan itu terancam punah.

Desa Dahirang, Kabupaten Kapuas, Kalteng contoh terkini. Daerah ini dulunya merupakan sentra penghasil kerajinan getah nyatu. Namun saat ini perajin yang masih bertahan menekuni usaha ini hanya tersisa sekitar tiga orang.

Kerajinan tangan khas Dayak ini mulai terlupakan seiring berjalannya waktu. (Liputan6.com/Rajana K).
Salah satu perajin yang masih bertahan adalah Hadi Suparno. Perajin yang sudah 35 tahun menggeluti usaha ini mengaku, dirinya sangat kesulitan mendapatkan bahan baku kerajinan tangan ini, yaitu getah nyatu. Kondisi ini sudah terjadi sekitar enam bulan lalu.

"Dulu biasanya ada saja petani yang membawa getah nyatu untuk dijual kepada kami, tapi hampir setengah tahun ini saya belum dapat pasokan lagi," ucapya.

Biasanya ia selalu membeli getah nyatu dari masyarakat bisa 30-50 kg dengan harga Rp 3 ribu per kilogram yang sebagian disimpan untuk cadangan. Tapi sekarang harga getah nyatu sudah sangat mahal, yakni Rp 150 ribu per kilogram.

"Saat ini mulai sulit mendapatkannya, sebab pohonnya banyak yang ditebang untuk kemudian jadi kebun sawit," ujarnya.

Karena itu, dia berharap pemerintah segera mencari solusi terhadap masalah ini. Ke depannya ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan pemerintah agar ketersediaan getah nyatu tetap ada, misalnya membudidayakannya.

"Pohon ini relatif cepat tinggi karena hanya dengan jangka enam bulan pohon ini bisa tumbuh hingga delapan meter," ujarnya.

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya