Liputan6.com, Semarang - Arus mudik Lebaran 2017 pada H-7 di pintu keluar tol fungsional Gringsing diwarnai kehebohan. Sebuah helikopter warna oranye milik Basarnas berusaha mempertahankan posisi di satu titik yang diikuti pergerakan sepeda motor trail di darat.
Di titik itu, ada seorang pemudik yang lemas dan harus dievakuasi di tengah kemacetan. Belum selesai penanganan pemudik itu, tiba-tiba disusul kehebohan lain, yakni adanya pemudik yang terlihat lemas.
"Mohon izin, untuk mempercepat respons, tim hendak mengerahkan tiga unit trail dengan enam penyelamat agar bisa memberi penilaian dan menentukan langkah selanjutnya," ujar sebuah suara yang masuk melalui handy talkie, Senin, 19 Juni 2017.
Advertisement
Suara itu dijawab Kepala Humas Basarnas Jawa Tengah, Zulhalwary Agustianto, "Mohon segera laporkan hasil penilaian."
Baca Juga
Hasil penilaian tim penyelamat menyimpulkan bahwa pemudik pertama jantungnya berhenti berdetak karena memang memiliki rekam medis sakit jantung. Sementara, pemudik kedua mengalami dehidrasi akibat lingkungan yang panas di tengah kemacetan.
"Untuk yang henti jantung, segera dinaikkan tandu, rescuer Rusmadi harap segera turun dari helikopter. Untuk pemudik yang mengalami heat exhaustion atau dehidrasi segera dinaikkan Siti Ratna dengan sistem tandem," perintah Zulhalwary.
Hanya dalam hitungan menit, seorang penyelamat perempuan meluncur di hoist atau tali baja yang terhubung ke helikopter. Sesampai di bawah, pemudik dehidrasi itu sudah siap diangkat, penyelamat cantik itu dengan sigap membawa pemudik tersebut terbang.
Skenario dengan dua peristiwa yang nyaris bersamaan itu tergelar dalam simulasi penyelamatan pemudik yang kesehatannya terganggu karena kemacetan. Simulasi disaksikan Kepala Basarnas Marsekal Muda M. Syaugi.
"Biasanya kami berlatih dengan satu kasus saja. Kali ini dengan dua kasus sekaligus untuk mengevaluasi kesiapan dan kesigapan rescuer Basarnas," kata Zulhalwary menjelaskan.
Siapa Penyelamat Cantik Itu?
Dalam simulasi yang digelar, terselip sosok penyelamat perempuan dengan wajah rupawan. Kehadiran Siti Ratna Nur Asih, akrab dipanggil Siti, mendadak membuat penonton gagal fokus.
Aksinya bak Wonder Women menarik perhatian. Siti merupakan ibu satu anak. Ia berasal dari Cilacap dan bergabung dengan Basarnas pada 2008. Di Basarnas Jawa Tengah, sebenarnya ia bertugas sebagai sekretaris. Namun sebagai pegawai Basarnas, ia harus mampu mengimbangi teman-temannya ketika operasi penyelamatan.
"Keterlibatan Siti diawali keinginan Kepala Basarnas yang ingin menunjukkan bahwa pegawai Basarnas perempuan juga hebat dan tak kalah dengan pegawai laki-laki. Dalam simulasi atau operasi lain, kami menugaskan teman-teman perempuan yang lain. Kebetulan saja kalau dalam simulasi kali ini yang tampil Siti," kata Zulhalwary.
Keseharian Siti tak berbeda dengan teman-temannya di kantor. Ia juga senang menonton film drama Korea. Siti mengaku deg-degan dan gemetar ketika ditunjuk menjadi penyelamat yang harus turun dari heli dan naik kembali.
"Kami tak salah menunjuk dia. Meskipun mengaku sempat gemetaran, tapi ia memiliki rasa percaya diri," kata Zulhalwary.
Siti mengaku lega setelah menjalankan tugasnya dengan baik. Ia tak ingin terlalu ketinggalan dari anggota penyelamat perempuan di kantornya yang lebih jago.
"Lega sekaligus terharu dengan support teman-teman. Berat sebenarnya, apalagi saya perempuan. Namun, support dari teman-teman dan peneguhan tekad dari mereka, menjadikan saya ikhlas dan akhirnya bisa menjalankan tugas dengan baik," kata Siti.
Nah, jika tim penyelamatnya cantik seperti Siti, para pemudik dilarang pura-pura pingsan agar ditolong.
Advertisement