Pagi Indah dan Riwayat Pelabuhan Tersibuk Pulau Jawa

Pena sejarah mencatat bahwa Merak telah mempertahankan riwayat sebagai pelabuhan tersibuk di Pulau Jawa.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 28 Jun 2017, 06:01 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2017, 06:01 WIB
Salam Pagi
Pelabuhan Merak di Kota Cilegon, Banten, mempunyai sejarah panjang sejak zaman penjajahan Belanda. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Cilegon - Matahari baru terbit di ufuk timur. Suasana pagi yang indah pun terlihat di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten. Sebuah lokasi yang menyediakan jasa penyeberangan di ujung barat Pulau Jawa menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, di Pulau Sumatera.

Pada awalnya, Pelabuhan Merak menjadi penghubung ke Pelabuhan Panjang di Pulau Sumatera saat zaman Kolonial Hindia Belanda. Kini, sejarah mencatat bahwa Merak telah mempertahankan riwayat sebagai pelabuhan tersibuk di Pulau Jawa dengan mengangkut ratusan ribu jiwa dan kendaraan, terlebih saat arus mudik dan balik Lebaran.

"Sebanyak 29 ribu motor setelah 24 jam, sekitar 70 persen datangnya setelah jam 11 malam (Kamis, 22 Juni 2017)," ucap Faik Fahmi selaku Direktur Utama PT ASDP Ferry Indonesia, saat ditemui di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten, Sabtu, 24 Juni 2017.

Pelabuhan Merak dibangun oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di tahun 1912. Fungsinya sebagai pelabuhan penyeberangan hasil bumi dari Pulau Jawa menuju Pulau Sumatera, begitu pula sebaliknya.

Tak jauh berbeda sejak lebih dari satu abad lalu, kini Pelabuhan Merak pun semakin ramai guna mengangkut sembako, bahan bakar, hingga manusia antar pulau. Bahkan, saat arus mudik tahun ini yang puncaknya terjadi pada Kamis malam hingga Jumat dini hari, 22-23 Juni 2017.

"Jadi akibat koordinasi yang baik dengan Kapolda (Banten), semua berjalan baik. Kalau tahun lalu pagi masih padat, sekarang bisa main bola. Sebanyak 102 trip tahun lalu, sekarang mencapai 140 trip. Semua berjalan baik," ia menerangkan.

Kini, pusat perhatian saat arus balik berada di Pelabuhan Bakauheni, di mana Pelabuhan Merak hanya menerima limpahan gelombang manusia dan kendaraan dari Pulau Sumatera.

"Arus balik lebih reda, karena jeda waktunya lebih lancar. Mereka (pemudik) kan menyebar (kembali ke Pulau Jawa). Tapi, kita tetap prioritaskan kapal kapal besar," ujar dia.

Berdasarkan catatan sejarah, Pelabuhan Merak yang berdiri sejak 1912 awalnya dikelola perusahaan kereta api (Staatsspoorwegen). Saat itu, Pelabuhan Merak difungsikan sebagai pendukung jalur kereta api Tanah Abang (Jakarta).

Setelah era kemerdekaan datang, seluruh aset milik asing dinasionalisasikan, tanpa terkecuali Pelabuhan Merak yang awalnya dikelola oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1959.

Pelabuhan Merak di Kota Cilegon, Banten, mempunyai sejarah panjang sejak zaman penjajahan Belanda. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Selanjutnya pada 1970, Departemen Perhubungan (kini Kementerian Perhubungan) membangun Pelabuhan Bakauheni yang awalnya hanya dijadikan pelabuhan bayangan yang bertugas membantu Pelabuhan Panjang di Lampung.

Sejak tahun 1980, Pelabuhan Bakauheni resmi dijadikan pelabuhan khusus feri atau kapal penyeberangan yang dikelola Badan Pengelola Pelabuhan (BPP), cikal bakal dari Angkutan Sungai, Danau dan Pelabuhan (ASDP).

Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com, wilayah Merak dijadikan pelabuhan karena berbagai faktor. Pertama, posisi Merak yang dekat dengan Pelabuhan Panjang dibandingkan daerah lainnya di Pulau Jawa yang berjarak 105 kilometer.

Kedua, keuntungan politik dan ekonomi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda zaman itu untuk meredam pemberontakan. Ketiga, letak geografis yang didukung oleh palung laut dan pulau-pulau kecil, Pulau Merak besar dan kecil, yang mampu menahan gelombang secara alami.

Keempat, pengalihan aktivitas masyarakat agar tidak terfokus di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Terakhir, Pelabuhan Merak sebagai lokasi pemantauan aktivitas pelayaran di Selat Sunda yang ramai dengan kegiatan perdagangan internasional.


Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya