Crane Proyek LRT Palembang Ambles

Jatuhnya alat berat crane proyek LRT yang menimpa rumah warga diklaim PT Waskita Karya karena kontur tanah yang rusak.

oleh Nefri Inge diperbarui 02 Agu 2017, 01:01 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2017, 01:01 WIB
Meskipun sudah dipasang garis polisi, TKP kecelakaan crane proyek LRT masih bebas dilewati para pejalan kaki tanpa ada pengamanan khusus (Liputan6.com / Nefri Inge)
Meskipun sudah dipasang garis polisi, TKP kecelakaan crane proyek LRT masih bebas dilewati para pejalan kaki tanpa ada pengamanan khusus (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kecelakaan crane proyek LRT (Light Rail Transit) Palembang di samping flyover atau jembatan layang Jakabaring Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) diklaim PT Waskita Karya Persero karena kontur tanah yang rusak.

Meskipun sudah dipasang pelat baja sebagai landasan dua crane, kontur tanah tetap ambles hingga kedalaman sekitar 50 centimeter.

Menurut Masyudi Kepala Proyek (Kapro) Utama PT Waskita Karya Persero, sebelum steel box girder diangkat menggunakan dua crane berbobot 70 ton dan 80 ton, pihaknya sudah mengadakan tes lapangan di hari yang sama.

Saat trial pengangkatan girder LRT, kontur tanah di Jalan Gubernur H Bastari, RT 002/05, Kelurahan Silaberanti, Palembang, ini tidak menunjukkan adanya kerusakan.

Sebelumnya mereka juga sudah mengoperasikan crane di jarak 30 meter dari lokasi amblesnya tanah, namun pengangkatan girder tetap berjalan.

"Kita tidak bisa memprediksi kekuatan tanah seperti apa. Sebelumnya, sudah dipasang pelat baja ketebalan dua cm untuk dudukan crane. Tapi posisi crane goyang dan kolaps, landainya lebih dari 50 cm," ucap dia saat menggelar jumpa pers di Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi (Dishubkominfo) Sumsel, Selasa, 1 Agustus 2017.

Pengoperasian crane proyek LRT Sumsel ini, lanjut dia, harus dalam kondisi landasan yang datar. Bahkan jika kemiringan landasan hanya satu cm, akan ada hentakan dari crane dan menghalangi pengoperasian alat berat LRT tersebut.

Girder yang menimpa rumah dan ruko tersebut adalah rangkaian terakhir bangunan LRT di Zona 5. Pengangkatan girder sepanjang 30 meter dan lebar 2,5 meter itu awalnya sudah diperhitungkan.

PT Waskita Karya Persero memastikan bahwa operator crane sudah mengantongi Surat Izin Operator (SIO) dan surat kelayakan alat crane yang tersertifikasi. Kondisi crane juga dipastikan aman dan tidak ada sambungan di boom crane.

"Kita usahakan sampai malam nanti clear (TKP) supaya tidak mengganggu lalu lintas. Satu minggu ini harus selesai semua agar Selasa depan bisa jalan lagi. (Jalan) akan ada perbaikan," ujar dia.

Untuk kerugian akibat kecelakaan crane proyek LRT masih dalam proses perhitungan, baik materiel maupun imateriel. Mereka juga akan menghitung keterlambatan pengerjaan yang akan dikejar.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Investigasi Kecelakaan Crane

Kondisi rumah Syaiful yang rusak akibat tertimpa grider dari crane LRT PT Waskita Karya (Liputan6.com / Nefri Inge)
Kondisi rumah Syaiful yang rusak akibat tertimpa grider dari crane LRT PT Waskita Karya (Liputan6.com / Nefri Inge)

Kerugian yang dialami korban dan warga sekitar, termasuk bangunan properti dan biaya pengobatan akan ditanggung PT Waskita Karya Persero.

"Tidak ada prosedur yang mengatakan penduduk harus pindah, kecuali kalau rumahnya terganggu. Cuma harus clear lalu lalang kendaraan (saat operasi crane). Tapi kita sudah beritahu kalau kami melakukan lifting," katanya.

PT Waskita Karya Persero sudah menurunkan satu tim investigasi yang saat ini masih memeriksa sebab terjadi kecelakaan crane. Tim Laboratorium Forensik (Labfor) dari kepolisian juga sudah turun tangan untuk mengusut insiden ini.

Menurut Kapolresta Palembang, Kombes Pol Wahyu Bintoro Hari Bawono, ada 10 orang yang akan diperiksa terkait insiden ini. Untuk tahap awal, baru tiga pegawai yang sudah dimintai keterangan.

"Sudah kita periksa dan olah TKP, masih dalam pendalaman kasus dan pengecekan labfor (laboratorium forensik)," ujarnya.

PPK Kementerian Perhubungan (Kemenhub) LRT Sumsel Suranto berjanji bahwa kecelakaan crane proyek LRT menjadi insiden terakhir selama proyek LRT Sumsel berjalan.

"Semoga ke depannya tidak terjadi lagi. Kami akan coba instropeksi dan meningkatkan konsolidasi pemeriksaan di lapangan. LRT harus tepat waktu karena proyek nasional dan bulan Juni 2018 harus mulai beroperasi," katanya.

Kepala Dishubkominfo Sumsel Nasrun Umar secara langsung meminta maaf kepada masyarakat Sumsel terkhusus para korban dan warga di sekitar kecelakaan crane LRT. Pihaknya menjamin tidak akan menutupi fakta yang terjadi di lapangan.

"Saya rekomendasikan (pengangkatan girder) pada malam hari, antara pukul 22.00 WIB hingga 05.00 WIB dan kepatuhan PT Waskita Karya sangat bagus. Saya tidak membela Waskita), tapi ini force majeure," katanya.

Kendati ada keterlambatan dalam proses pembangunan LRT di TKP, Nasrun melihat insiden ini tidak akan menghambat proyek LRT secara keseluruhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya