Sensasi Kembali ke Bandung Tempo Dulu

Sensasi kembali ke Bandung tempo dulu bisa dinikmati menggunakan teknologi augmented reality. Semua bisa dicoba secara gratis.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 16 Agu 2017, 06:31 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2017, 06:31 WIB
Sensasi Kembali ke Bandung Tempo Dulu
Sensasi kembali ke Bandung tempo dulu bisa dinikmati menggunakan teknologi augmented reality. Semua bisa dicoba secara gratis. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung – Sesuai dengan namanya Bandung Planning Gallery (BPG), pengunjung destinasi wisata edukasi terbaru ini bakal diajak mengenali profil Kota Bandung baik di masa lalu maupun masa kini. Semua ditata apik dan terbuka gratis untuk umum.

Lokasi galeri berada di Jalan Aceh Nomor 36, masih satu komplek dengan Balai Kota Bandung. Tepatnya, bersebelahan dengan Taman Sejarah. Galeri dibuka setiap Senin hingga Sabtu pada pukul 9 pagi sampai 4 sore.

Pengalaman mengeksplorasi pembangunan Kota Bandung diperoleh pengunjung sejak masuk ke bagian depan galeri ini melalui video perkenalan BPG. Resepsionis juga akan memberikan informasi umum tentang isi galeri. Untuk itu, pengunjung harus mengisi data pribadi terlebih dulu.

Berikutnya, pengunjung akan disuguhi gambaran Kota Bandung melalui sebuah maket besar di area utama galeri. Di area ini, pengunjung dapat melihat rencana pengembangan kawasan di Kota Bandung dengan proyeksi video mapping pada maket.

Selain itu, layar sentuh interaktif di sisi-sisi maket pun dapat digunakan untuk mengakses informasi lebih lengkap akan apa yang ditampilkan pada video mapping.

Memasuki area Bandung Masa Lalu dan Kini, pengunjung belajar tentang profil Kota Bandung baik di masa lalu maupun di masa sekarang. Terdapat video "Bandung Baheula" yang dikemas dengan menarik mulai dari geografis, sejarah berdirinya kota dan peran Bandung di masa-masa penting Indonesia.

Uniknya, pengunjung dapat merasakan zaman dulu melalui piranti augmented reality atau (AR).

Chandra Eka (20), salah seorang pengunjung mengungkapkan, dirinya terkesan dengan adanya BPG. Chandra mengaku baru pertama kali datang dan terkagum dengan isi galeri.

"Dari sisi interior dan bangunannya bagus. Saya jadi banyak tahu informasi soal Bandung di tempat ini," kata Chandra kepada Liputan6.com, Senin, 14 Agustus 2017.

Selain bisa meneropong lewat AR di masa lalu, Chandra menilai area lainnya tak kalah menarik untuk dikunjungi. Salah satunya smart city & urban mobility.

Di area ini, terdapat enam layar video yang menjelaskan konsep umum, tahap pengembangan, dan harapan masyarakat akan rencana-rencana pembangunan kota Bandung berbasis smart city maupun urban mobility. Selain itu, pengunjung juga dapat merasakan sensasi menaiki monorel dengan teknologi virtual reality (VR).

"Visualisasi yang ditampilkan di galeri ini membuat saya terkesan. Menarik dan bagus," ujarnya.

BPG juga memperkenalkan area Bandung Teknopolis. Area ini memuat informasi tentang konsep baru yang dirancang agar Bandung menjadi kota kelas dunia yang akan dibangun di kawasan Gedebage nantinya.

Satu hal yang tak boleh dilewatkan adalah area Post It. Di sini, pengunjung dapat menuliskan harapannya akan masa depan Bandung. Cukup dengan menuliskan pesan dalam selembar kertas yang sudah disediakan kemudian menempelkannya di dinding kubah.

Sementara itu, satu area khusus diperuntukkan sebagai showcase tempat para investor dapat menunjukkan rencana-rencana pembangunan Kota Bandung dalam bentuk maket atau gambar.

Saksikan video menarik di bawah ini:



Habiskan Biaya Rp 9 Miliar

Sensasi Kembali ke Bandung Tempo Dulu
Sensasi kembali ke Bandung tempo dulu bisa dinikmati menggunakan teknologi augmented reality. Semua bisa dicoba secara gratis. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Bandung Planning Gallery (BPG) berdiri di atas lahan seluas 1.600 meter persegi. Anjungan perencanaan kota ini merupakan yang terbesar dan tercanggih secara konsep yang pernah ada di Indonesia.

BPG merupakan tempat yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai fasilitas untuk menyosialisasikan perencanaan kota.

Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pembangunan (Bappelitbang) Kota Bandung sebagai penggagas BPG melengkapi teknologi yang ada di galeri ini dengan mengeluarkan anggaran sebesar Rp 9 miliar. Biaya itu termasuk menyewa tenaga alih daya sebagai tenaga pengamanan dan pendamping pengunjung.

BPG juga didirikan di atas lahan bekas Gedung DPRD kota Bandung lama. Lantai bawahnya untuk BPG, sedangkan lantai duanya untuk kantor Bappelitbang.

Kepala Bappelitbang kota Bandung, Heri Antasari mengatakan tujuan pendirian BPG adalah agar setiap perencanaan pembangunan diketahui oleh masyarakat sehingga memunculkan nilai keterbukaan.

Sensasi kembali ke Bandung tempo dulu bisa dinikmati menggunakan teknologi augmented reality. Semua bisa dicoba secara gratis. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

"Bandung Planning Gallery merupakan bentuk transparansi partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta merupakan salah satu media yang dapat menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat umum, khususnya tentang perencanaan pembangunan Kota Bandung," ucap Heri.

Untuk mengunjungi BPG, pengunjung sebaiknya membawa ponsel pintar berbasis android. Dengan bantuan aplikasi yang bisa diunduh di play store, pengunjung bisa mendengarkan audio yang divisualkan di layar yang ada di galeri perencanaan.

"Jadi dengan bantuan HP android, bisa mendengarkan suara dengan lebih jelas. Sementara gambarnya ada di tv yang kami pasang," kata Heri.

Perlu diketahui pula bila ingin mengunjungi tempat ini secara rombongan atau lebih dari sepuluh orang, sebaiknya melakukan registrasi di situs resmi Bandung Planning Gallery.

Sediakan Pojok Konsultasi

BPG sebagaimana diyakini membawa semangat transparansi juga memberikan fasilitas konsultasi pembangunan. Area itu terdapat di sudut dekat pintu keluar. Pojok Konsultasi Tata Ruang namanya.

Di salah satu sudut ruangan, ada beberapa konsultan yang bisa membantu memberikan saran pembangunan kepada warga. Di sebelah pojok konsultasi terdapat kafe kecil sehingga pengunjung bisa sambil menikmati makanan atau minuman.

Berbeda dengan area lainnya, Pojok Konsultasi lebih menjadi arena diskusi atau curhat. Terdapat meja yang cukup lebar dan kursi yang berhadap-hadapan. Tempatnya yang nyaman membuat siapapun akan dengan leluasa curhat atau ingin mendalami tentang tata ruang kota.

Pojok ini diinisasi oleh kolaborasi sejumlah forum. Di antaranya Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Jawa Barat, Komite Perencanaan Kota (KPK) Kota Bandung, Forum Ruang Riung dan Cityplan.

"Apa yang didiskusikan termasuk juga memberikan kritik bisa disampaikan di pojok ini. Hasilnya bisa jadi menjadi masukan bagi pemerintah kota," kata Ketua IAP Jabar, Dicky Handrianto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya